Minggu, 07 April 2013

Keep The Chin Up - Selalu Ada Kesempatan Kedua




Selamat sianggggg..... ^^


Hmm....tulisan ini terinspirasi dari bantuin teman-teman KKT (Komunitas KasihTuhan) kemarin Sabtu di Lapas Cipinang. 


Sesampai di Cipinang, saya menjumpai bangunan tinggi berwarna abu-abu dengan rol kawat berjeruji di atasnya. Tidak 'seangker' penjara Guantanamo sih, hehehehe... *lebay* Lapas Cipinang yang kami kunjungi adalah kelas 1, ada Gereja dan Vihara di pojokan, bertengger manis berdampingan satu sama lain. Waktu melewati lapangan menuju gereja, saya melewati beberapa 'warga binaan' (istilah manis untuk memperhalus narapidana yang terkesan kasar yah) asyik ngobrol satu sama lain. 

Sempat terbersit kesan angker, serem, berusaha menjaga jarak dengan mereka. Ya..mungkin pertama kali, apalagi melihat tato-tato, pikiran naif saya mulai bekerja. Di sini saya tidak akan memperdebatkan hukuman pantas atau tidak. Yang jelas, saya setuju bahwa orang bersalah harus dihukum menurut undang-undang. Perkara kesempatan kedua dan maaf, itu pasti ada dari Tuhan, dan bukan dari hukum itu sendiri karena fungsi hukum harus tegas, melindungi masyarakat.

Namun, pikiran saya melayang pada kejadian kelam di tahun 1991 (kurang lebihnya, saat saya kelas 5 SD) Ya, tidak semua orang bersalah masuk penjara. Saya sempat punya kesimpulan sekitar 5 tahun yang lalu 'kalau tidak punya uang, jangan coba-coba melanggar hukum' Sesak sebenarnya saya mencoba mengingat-ingat kejadian tak mengenakkan yang berusaha saya lupakan itu. Namun, tujuan saya di sini adalah berbagi, semoga (semisal) ada rekan warga binaan yang membaca tulisan saya ini, semangatnya kembali timbul, dan mencoba memulai hidup baru sebagai orang yang dikasihi Tuhan. Eh...tapi tidak cuma untuk warga binaan juga koq, buat 'warga binaan' a.k.a teman-teman yang mungkin merasa putus asa, sudah berbagai cara dilakukan tapi tidak menunjukkan hasil.


Papa dipenjara. Itu yang saya alami di kelas 5 SD. Saya tahu ayah saya tidak bersalah. Ya...mungkin kekeliruan ayah adalah terlalu mempercayai saudaranya, meminjamkan namanya untuk membuka giro. Giro itu disalahgunakan oleh saudaranya, sehingga ayah ikut-ikutan menanggung. Hidup kami sekeluarga yang tenang dan bahagia, seolah runtuh oleh kenyataan, ketidakhadiran ayah di tengah-tengah kami, karena berjuang berperkara di pengadilan. Ingatan buruk saya adalah, tidak usah main-main dengan hukum. Itu benar, lumayan banyak harta keluarga yang terseret untuk 'membuktikan' ayah tidak bersalah. Pengacara, sungguh di kelas 5 SD hanya gambaran wajah yang serakah dan uang kotor yang saya dapatkan dari sosok pengacara. Pengacara ayah mata duitan. 

Tidak berhenti di situ, saya merasa bersyukur mempunyai keluarga. Ayah, walaupun harus dipenjara bukan karena menikmati uang seperti yang dituduhkan orang lain, tetap menunjukkan wajah tegar. Mama, pun, tetap mendukung Papa. Mama tinggal dengan saudara kami, meninggalkan saya yang masih SD bersama Cye-cye (yang sudah SMA waktu itu), agar lebih dekat dan dapat mengunjungi Papa setiap hari. Mama pula lah yang mengusahakan Papa keluar dari penjara, dengan meminta pertolongan saudara dan teman Papa.

Tak mudah, itulah kehidupan orang di penjara, dan tentu saja keluarga yang mereka 'tinggalkan' Apalagi jika dia adalah seorang pencari nafkah bagi keluarganya. Puji Tuhan, Papa tak berlama-lama di penjara. Saya percaya dengan bantuan Tuhan pulalah Papa bisa lepas dari jeruji besi itu. Papa down? Tidak sama sekali. Dengan sekuat tenaga, Papa tetap bekerja kembali, menghidupi kami sekeluarga. Seolah-olah kejadian itu tak pernah ada. Papa pun tetap memaafkan saudaranya yang sudah menyalahgunakan kepercayaannya.


Ya, mungkin Tuhan begitu baik kepada kami. Papa yang masuk penjara pun, kami tak satupun yang meninggalkannya, terlebih Mama yang mengunjunginya setiap hari. Terkadang, ada keluarga yang tak mau memberikan kesempatan kedua bagi anggota keluarga mereka. Menganggap pintu jeruji itu sebagai neraka, tembok pemisah antara yang mati dengan yang hidup, dan yang mati tidak seharusnya kembali ke dunia orang hidup.

Tak jarang, kesempatan pun tak berpihak pada mereka, susah mencari pekerjaan. Seperti Jean Valjean (Les Miserables) Namun, tetaplah yakin dan kembali menjadi orang yang dikasihi Tuhan ^^ Yakin, dan tetaplah menjadi orang benar, seperti Jean Valjean.

Mungkin keluarga, atau manusia mana pun tak berpihak pada kita, tak pernah memberikan kita kesempatan kedua. Ingatlah akan Tuhan yang selalu memberikan kesempatan kedua bagi kita, yang percaya. Jadi, tetap tegak! Tetap maju dan tetap tersenyum bahagia.

Bersyukur kemarin melihat wajah-wajah warga binaan yang ceria mengikuti Misa Paskah. Semoga juga di dalam hati mereka tetap terbit semangat untuk hidup baru. Ada seorang warga binaan yang memakai kaos i'am photographer, pikir saya...baiklah....kembalilah ke jalan menjadi photographer bila memang itu mimpimu. Ada juga Om-om yang minta difoto bersama 'teman baru' nya, katanya mereka bersahabat di situ. Syukurlah, masih ada cinta di sana. Dan terlebih lagi, syukurlah masih ada sekelompok orang yang peduli terhadap mereka ^^

Seperti Yesus yang telah mati bagi kita dan bangkit untuk kita, kita pun bangkit pula dan meninggalkan dosa dan kelemahan kita.

Selamat siang & selamat berbagi... Tetap semangat!


DPS pamit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar