Senin, 22 April 2013

Have a Faith - tidak hanya sekedar pasrah



Selamat pagi....... ^_^

Menyempatkan buat nulis sesuatu, daripada lupa kaya kemarin mau nulis >.<

Hmm…tulisan ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh bersungut-sungutnya saya kepada Tuhan. Banyak impian yang ada di benak saya. Namun, apa daya karena ‘keterbatasan’ ya uang ya tenaga, ya waktu jadi impian itu tidak segera nampak perwujudan nyatanya. Jeleknya saya nih, kalau ga keliatan hasilnya, suka desperate sendiri. Padahal juga udah dinasehatin Mama, buat sukses tug a Cuma butuh rajin ama kerja pintar, tapi juga butuh ketekunan.

Sekitar minggu lalu, saya sempat me-review tujuan dan cita-cita saya. Kemudian saya bersungut-sungut dalam hati, alah….ini ngapain sih susah-susah kaya gini? Kaya ga bisa nikmatin hidup aja, orang lain senggang juga, saya masih belain ini itu. Bosan, itulah yang saya alami. Pikir saya waktu itu, ah…udahlah…hidup biasa tanpa cita-cita saya juga, semuanya akan baik-baik saja. Jadi karyawan yang baik, jadi istri yang baik, jadi ibu yang baik. Ga ada yang salah gitu loh! Saya mulai ogah-ogahan nanyain suami saya progress project yang saya kasih ke dia.

Ehh…paginya baca firman Tuhan di Bilangan 14 : Pemberontakan Umat Israel. Orang Israel bersungut-sungut ke Tuhan, ini ngapain disuruh jalan panas-panas di padang gurun, makan roti doang., coba kalo masih di Mesir kan idupnya enak. Plakk….berasa ditaboklah saya, opsss….. *meringis* Sama ama saya!! Sama ama sungut-sungut saya, ini ngapain susah-susah kaya gini, orang jadi karyawan & istri yang baik aja juga udah enak! Kalo dipikir-pikir secara manusiawi yah, pasti Tuhan kesellllll di ubun-ubun ama saya, yeee….nakkkk…..itu juga cita-cita elu sendiri, disuruh sabar juga elunya yang mundur……semprul luh! Hahahaha… Tapi, saya percaya Tuhan ga seperti itu :D Saya jadi malu, koq seakan-akan saya merasa betah berkubang dalam zona nyaman saya. Saya malas berusaha lebih yang tidak ada ujungnya, belum ada kejelasannya. Padahal, kalau saya tekun lakoni saya tekun kerjakan setiap hari, tanpa bersungut-sungut, hasilnya pun juga seperti yang saya impi-impikan.

Ga habis di situ kedegilan hati saya buat bersungut-sungut. Herannn…padahal Minggu itu udah rajin-rajin nyelesaiin blazer kuning cantik design saya sendiri, koq Senin tiba-tiba terkulai…..padahal nongkrong bawah pohon beringin juga kagakkk….koq bisa kesambit genderuwo beranak 3, kikikikik *amit-amit* Sambil mondar-mandir dalam kamar berdengung-dengung dalam hati, bosan….bosan…bosan…. Suami saya sampe heran, ni anak kesurupan beneran apa gimana, sepak kaki sana, sepak kaki sini >.< Terus, duduklah saya, bongkar-bongkar alat tulis. Teringat kalau saya mau bikin blazer lagi yang lebih keren dari yang ini, lebih keren dari blazernya Invio, lebih keren dari blazernya Max Mara, lebih keren dari blazer keluaran Zara. Tuh kan, ambisi itu udah segudang, tapi tangan ama kaki ga bisa diajak kompromi duduk tenang, mewujudkan apa yang namanya keren? Emang bilang keren doang bisa langsung jadi tuh blazer, neng? Duduklah saya, bikin sketch orang trus saya kasih baju. Tiba-tiba berkenyitlah dahi saya. Koq jelek? Hihihihi…koq ga sesuai ama ambisi saya? Koq ga rumit? Koq simple? Ini mah gampang banget ngejahitnya *sombonggg…..* Terus saya tanya ke suami saya *sedih juga sih* ‘Koh, aku berbakat ga sih sebenarnya?’ sambil menunjukkan sketch saya. Hadi cuma bilang, yaa…apalah artinya bakat kalau tanpa kerja keras non? Datar tapi menusuk ya? Hahahaha….tapi dasar bebal saya malah ga bikin sketch yang lain, malah sibuk bikin konsep winter collection yang bahannya pun masih di awing-awang saya & membuat sketch model yang akan ‘membawakan’ koleksi saya, saya beri nama Yong Li, tertidurlah saya kebosanan. Hmmm….jadi merasa kasihan ama suami saya itu ya, udah umur segini koq ya masih mengasuh anak SD yang suka mudah bosan dan cepat ketiduran :D




Sekali lagi, pagi tadi membaca Bilangan 14 lanjutan yang kemarin. Tuhan murka ama Israel yang udah ciut nyalinya tau kalo Kanaan dihuni bangsa-bangsa yang lebih kuat dari dia. Sruttt…..nyali saya ciut, takut Tuhan murka ama kekanak-kanakan saya. Murka ama kebetahan saya akan comfort zone. Murka ama ketakutan saya sendiri menghadapi hari esok yang seharusnya indah, tapi saya bayangkan penuh tantangan. Saya minta maaf ke Tuhan. Ya! Saya mau seperti Kaleb bin Yefune ^_^ yang selalu optimis memandang ke depan. Bahwa tidak ada yang lebih baik dari yang sudah saya cita-citakan bersama Tuhan. Yang selama puluhan tahun ini saya lakoni dan saya imani, seolah-olah saya sekarang masih berada di Gurun Sinai. Belum sampai ke tanah Kanaan ^_^ Ayooooooo…….kamu pasti bisaaaaa… Memberi semangat juga buat teman-teman lain yang mengalami hal yang sama *idih…PD bener, bukannya yang suka galau elo doang Dev…hihihihi*

Yap! Perjalanan meninggalkan comfort zone itulah yang berat, ya jelas berat, siapa sih yang mau bersusah-susah? Tapi kalau susah demi sesuatu yang kita yakini baik? Sama seperti yang saya katakana sebelumnya, sesungguhnya berubah atau tidak berubah itu adalah pilihan kita. Berubah berarti kita akan meninggalkan diri kita yang lama. Tidak berubah berarti kita akan ditinggalkan. Mana yang lebih bahagia? Mana yang lebih benar? Semua benar, semua bahagia. Semua hanyalah pilihan dengan berbagai konsekuensi bahagia yang berbeda koq ^^ Kalau saya, saya mau melompat dan mengambil resiko.



Semangat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tuhan memberkati!

DPS pamit

Minggu, 07 April 2013

Keep The Chin Up - Selalu Ada Kesempatan Kedua




Selamat sianggggg..... ^^


Hmm....tulisan ini terinspirasi dari bantuin teman-teman KKT (Komunitas KasihTuhan) kemarin Sabtu di Lapas Cipinang. 


Sesampai di Cipinang, saya menjumpai bangunan tinggi berwarna abu-abu dengan rol kawat berjeruji di atasnya. Tidak 'seangker' penjara Guantanamo sih, hehehehe... *lebay* Lapas Cipinang yang kami kunjungi adalah kelas 1, ada Gereja dan Vihara di pojokan, bertengger manis berdampingan satu sama lain. Waktu melewati lapangan menuju gereja, saya melewati beberapa 'warga binaan' (istilah manis untuk memperhalus narapidana yang terkesan kasar yah) asyik ngobrol satu sama lain. 

Sempat terbersit kesan angker, serem, berusaha menjaga jarak dengan mereka. Ya..mungkin pertama kali, apalagi melihat tato-tato, pikiran naif saya mulai bekerja. Di sini saya tidak akan memperdebatkan hukuman pantas atau tidak. Yang jelas, saya setuju bahwa orang bersalah harus dihukum menurut undang-undang. Perkara kesempatan kedua dan maaf, itu pasti ada dari Tuhan, dan bukan dari hukum itu sendiri karena fungsi hukum harus tegas, melindungi masyarakat.

Namun, pikiran saya melayang pada kejadian kelam di tahun 1991 (kurang lebihnya, saat saya kelas 5 SD) Ya, tidak semua orang bersalah masuk penjara. Saya sempat punya kesimpulan sekitar 5 tahun yang lalu 'kalau tidak punya uang, jangan coba-coba melanggar hukum' Sesak sebenarnya saya mencoba mengingat-ingat kejadian tak mengenakkan yang berusaha saya lupakan itu. Namun, tujuan saya di sini adalah berbagi, semoga (semisal) ada rekan warga binaan yang membaca tulisan saya ini, semangatnya kembali timbul, dan mencoba memulai hidup baru sebagai orang yang dikasihi Tuhan. Eh...tapi tidak cuma untuk warga binaan juga koq, buat 'warga binaan' a.k.a teman-teman yang mungkin merasa putus asa, sudah berbagai cara dilakukan tapi tidak menunjukkan hasil.


Papa dipenjara. Itu yang saya alami di kelas 5 SD. Saya tahu ayah saya tidak bersalah. Ya...mungkin kekeliruan ayah adalah terlalu mempercayai saudaranya, meminjamkan namanya untuk membuka giro. Giro itu disalahgunakan oleh saudaranya, sehingga ayah ikut-ikutan menanggung. Hidup kami sekeluarga yang tenang dan bahagia, seolah runtuh oleh kenyataan, ketidakhadiran ayah di tengah-tengah kami, karena berjuang berperkara di pengadilan. Ingatan buruk saya adalah, tidak usah main-main dengan hukum. Itu benar, lumayan banyak harta keluarga yang terseret untuk 'membuktikan' ayah tidak bersalah. Pengacara, sungguh di kelas 5 SD hanya gambaran wajah yang serakah dan uang kotor yang saya dapatkan dari sosok pengacara. Pengacara ayah mata duitan. 

Tidak berhenti di situ, saya merasa bersyukur mempunyai keluarga. Ayah, walaupun harus dipenjara bukan karena menikmati uang seperti yang dituduhkan orang lain, tetap menunjukkan wajah tegar. Mama, pun, tetap mendukung Papa. Mama tinggal dengan saudara kami, meninggalkan saya yang masih SD bersama Cye-cye (yang sudah SMA waktu itu), agar lebih dekat dan dapat mengunjungi Papa setiap hari. Mama pula lah yang mengusahakan Papa keluar dari penjara, dengan meminta pertolongan saudara dan teman Papa.

Tak mudah, itulah kehidupan orang di penjara, dan tentu saja keluarga yang mereka 'tinggalkan' Apalagi jika dia adalah seorang pencari nafkah bagi keluarganya. Puji Tuhan, Papa tak berlama-lama di penjara. Saya percaya dengan bantuan Tuhan pulalah Papa bisa lepas dari jeruji besi itu. Papa down? Tidak sama sekali. Dengan sekuat tenaga, Papa tetap bekerja kembali, menghidupi kami sekeluarga. Seolah-olah kejadian itu tak pernah ada. Papa pun tetap memaafkan saudaranya yang sudah menyalahgunakan kepercayaannya.


Ya, mungkin Tuhan begitu baik kepada kami. Papa yang masuk penjara pun, kami tak satupun yang meninggalkannya, terlebih Mama yang mengunjunginya setiap hari. Terkadang, ada keluarga yang tak mau memberikan kesempatan kedua bagi anggota keluarga mereka. Menganggap pintu jeruji itu sebagai neraka, tembok pemisah antara yang mati dengan yang hidup, dan yang mati tidak seharusnya kembali ke dunia orang hidup.

Tak jarang, kesempatan pun tak berpihak pada mereka, susah mencari pekerjaan. Seperti Jean Valjean (Les Miserables) Namun, tetaplah yakin dan kembali menjadi orang yang dikasihi Tuhan ^^ Yakin, dan tetaplah menjadi orang benar, seperti Jean Valjean.

Mungkin keluarga, atau manusia mana pun tak berpihak pada kita, tak pernah memberikan kita kesempatan kedua. Ingatlah akan Tuhan yang selalu memberikan kesempatan kedua bagi kita, yang percaya. Jadi, tetap tegak! Tetap maju dan tetap tersenyum bahagia.

Bersyukur kemarin melihat wajah-wajah warga binaan yang ceria mengikuti Misa Paskah. Semoga juga di dalam hati mereka tetap terbit semangat untuk hidup baru. Ada seorang warga binaan yang memakai kaos i'am photographer, pikir saya...baiklah....kembalilah ke jalan menjadi photographer bila memang itu mimpimu. Ada juga Om-om yang minta difoto bersama 'teman baru' nya, katanya mereka bersahabat di situ. Syukurlah, masih ada cinta di sana. Dan terlebih lagi, syukurlah masih ada sekelompok orang yang peduli terhadap mereka ^^

Seperti Yesus yang telah mati bagi kita dan bangkit untuk kita, kita pun bangkit pula dan meninggalkan dosa dan kelemahan kita.

Selamat siang & selamat berbagi... Tetap semangat!


DPS pamit

Senin, 01 April 2013

Proses - Pilihanku Indahnya Tidak Dikontradiksikan Dengan Pilihan-Nya

Selamat malam..... ^_^


Apa kabar hari ini? Semoga sehat & selalu berbahagia ;) Kali ini mau membagikan sesuatu mengenai proses :p Bahasannya ringan-ringan aja & menjadi permenungan saya selama ini. Hmm....mungkin apakah karena banyak hal yang dijumpai di luar yang direncanakan? Hihihihihi... *curcol.com*


Sebenarnya tulisan ini dilatarbelakangi juga oleh khotbah Romo waktu Paskah kemarin. Mengenai murid Emaus yang bisa-bisanya tidak mengenali Yesus, padahal mereka seperjalanan dengan Yesus. Aneh kan? Ya....walaupun bukan hitungan rasul yang ngider bareng Yesus kemana-mana, yang namanya murid pasti pernah ketemu Yesus dong? Koq bisa ga kenal? Romo mengupas dari sisi yang berbeda bacaan hari itu. 2 murid tersebut tidak mengenali Yesus, karena mereka terlalu fokus pada diri dan keinginan mereka sendiri. Seolah-olah, Tuhan mendaratkan telunjuk-Nya ke saya *colek* tuh....dengerin tuhh.... hihihihihi... Yaelah...pas bener yah? Yap, kalau kita terlalu fokus dengan diri kita sendiri, kita tidak bisa melihat orang lain atau pun kepentingan orang lain dengan jelas, termasuk kepentingan Tuhan itu sendiri.


Bingung? Contoh nyatanya nih.... Saya itu kan dari kecil udah kebiasaan apa-apa selalu keturutan (diturutin, dikabulkan, atau emang saya paksakan terkabul) *tepok jidat, hihihihi* Jadi, rada susah juga mengubah pakem dari kecil, kalo ada hal-hal yang tidak keturutan saya dapat menerimanya dengan lapang dada, termasuk rencana Tuhan itu sendiri. Dulu, sewaktu masih TK dan SD, saya tidak mengenal 'term' fashion designer, yang saya tau, saya suka gambar-gambar baju. Mainan demenan saya kalau ga gambar baju ama orang, ya bikin rumah-rumahan boneka dari sterofoam tidak terpakai, saya kasih gantungan baju dari lidi, kalau lagi iseng, saya bikin baju dari kain sisa yang diberi oleh Mama. Sejalan dengan waktu, saya tau, oh....yang seperti itu namanya fashion designer.

Keinginan yang menggebu-gebu menjadi seorang fashion designer, ditentang oleh orang tua saya. Menurut mereka (yang tentunya termasuk hitungan China kolot, eh....mana ada orang China kolot yang jadi fashion designer dan namanya tercatat dalam sejarah? atau mungkin saya belum tau, hehehehe) yang penting itu sekolah di jurusan yang cepat dapat uang, yang 'demand' nya banyak, ya...apalagi kalau bukan Ekonomi ^_^ Tidak lelah-lelahnya saya menghidupi 'mimpi' itu, sampai juga dengan keberanian saya 'mengorbankan' waktu dan tabungan untuk les figure drawing, les jahit, dan keinginan buat les-les yang mendukung. Terkadang, saya merasa koq cita-cita saya jauh banget yah? Belum juga terkabul. Sedih? Iya ^_^


Di tengah kesibukan saya bekerja & berusaha menghidupi mimpi saya itu, tiba-tiba muncul kelancangan saya untuk berbagi melalui tulisan. Ya, saya jalani saja. Tiba-tiba, ada suatu 'teguran' dari teman-teman, eh...kenapa tidak dibuat seperti ini? Istilahnya, berusaha menjadi lebih produktif dan menghasilkan dari keisengan saya untuk berbagi tadi. Buku? Ya, seperti itulah bentuknya. Jujur, pakem saya seolah-olah berontak, heiiiii.....kamu itu bukan pengen jadi penulis kannn???? Dan suara di balik layar lain bilang, ah...penulis? Stress iya, diuber-uber deadline cetak. Suara yang lain berteriak-teriak, fokus! Fokus! Fokus! Kalau tidak fokus, ya seperti air tanpa wadah, mengalir ke mana saja! Ayo balik lagi, fokus!

Lantas?

Apakah saya harus berhenti menulis? Dan berusaha fokus kembali ke baju-baju itu? Tidak mengerjakan lain, dan membiarkan alur lambat itu mengalir? Atau...apakah saya berpuasa 50 hari lamanya (ini mah lebai abis yah, hihihihi) dan setiap malam berdoa, Tuhannnnn......apa sih rencana Panjenengan? Tapi, saya tidak berbuat apa-apa?

Waktu itu berjalan loh ^_^ sehari, dua hari, tiga hari, setahun...begitulah penundaan kita. Lantas, apa iya kita harus fokus pada tujuan kita pengen seperti apa sih? Bisa juga, pengen cowok tetangga yang bertato Hello Kitty >.< udah usaha dijaring model apa juga ga berhasil, dikasih bunga, dikasih coklat, dikasih vocer tatto gratis, ngebaik-baikin nyokapnya, ngasih gobanan ke satpam rumahnya ^^V koq ya si cowok tetap tak bergeming... Yeee......orang hombreng elu taksir neng.... ^^V pissss......becandaaaa...ahahahaha...

Lantas?


Protes ke Tuhan? Ehh.....koq tega sih, keinginan saya ga dikabulin....hiks! Diktator! Dibales lirikan Tuhan *shahhttt.....* 'ngomong apa tadi nak?' Ehh....rrr....ga jadi.... ^^V

Jadi? Saya kudu ngapain? Diam, nunggu wangsit? Kekeh ngejar mimpi masa kecil (atau si cowok bertato Hello Kitty tadi?)? Ya, semua keputusan ada di tangan kita koq ^_^ mau diam ya monggo....di depan sudah ada hasilnya... Mau kekeh ngejar impian masa kecil juga monggo....sudah ada hasilnya di depan... mau ke dukun, tanya Eyang Subur? Ya sekali lagi, monggooo...di depan sudah ada hasilnya.

Kenapa kita tidak berusaha mencintai prosesnya juga? Hasil memang indah, tapi proses menuju hasil itu loh, sama-sama indahnya. Perkara menanti ribuan tahun jadi fashion designer, tapi ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga yang suka buatin baju buat anak-anak dan suaminya? Ya, itu kan karena saya kurang berusaha ^_^

Lantas? Dimana batas saya harus berusaha dan saya harus melepaskan? Eng ing eng.....nah lo nah lo.... ^^V Proses, itu jawabnya ;) Bingung? Gini analoginya, lomba lari 1 km. 100 meter pertama wusshhh.....ngebut....200 meter berikutnya, napas mulai tersengal-sengal, 300 meter berikut, aduhh....udah ga kuatttt.....50 meter berikut? Beneran ga kuat dah....tiba-tiba, ada penjual es blewah 'es nya bang....es nya...yang haus yang haus....ayo minum dulu' ^_^ itu loh dikasih pilihan...mau lanjut lari ya monggo...mau minum es blewah tapi di diskualifikasi ya monggo.. tapi apa iya hidup itu seperti lomba lari? Apa iya Tuhan itu saklek kaya wasit sepak bola (siapa tuh yang botak-botak kepalanya, tiap dia nongol pemain langganan kartu kuning *geram...lohh...hahahaha* Kalo Tuhan saklek, ga bakal deh...dikasih kesempatan. Eh....tapi jangan lupa....jangan main-main ama Tuhan, you...you....kan bukan Tuhan...wakunya terbatas loh....


Jadi, tetapkan tujuan, fokus, nikmati juga prosesnya ^_^ hasil? Pasti ada hasilnya. Kalau prosesnya kita nikmati, sungguh terlalu hasilnya ga mau nikmati, ehh.....orang betah ama keputusan melenceng, hasil ga mau melenceng.... Emang bener koq, manusia itu suka telmi. Ntar kalau udah kejadian, oalahhh.....ini to maunya Tuhan? ;) Eh....ternyata yang Tuhan kasih lebih bagus ya? Kalau merasa Tuhan belum ngasih yang lebih baik dari yang kita minta, tunggu....waktu-Nya belum tergenapi ^_^ usaha terus & nikmati prosesnya.


Selamat malam.....selamat berbagi & mengejar cowok bertatto Hello Kitty itu... ^^V


Sekali lagi, tetap semangat!


Tuhan memberkati....


DPS pamit