Sabtu, 13 April 2024

Harga Sebuah Kewarasan : Punyailah Hubungan Erat Dengan Tuhanmu


Hai hai, selamat malam ^_^


Lama banget ya ga nulis, eh terakhir itu ternyata nulis pas November 2023, itu berarti setelah saya balik ziarek dari Lourdes & Fatima ya. Mau 'share' apa nih Dev? Ya, yang bisa saya bagikan masih seputar kesehatan jiwa ya ^_^ Yuk, siapkan camilan & minuman segarnya XD

Oke, saya coba ceritakan lebih rinci yah mengenai keadaan Mama saya yang ada gangguan kejiwaan. Ya so far sih ke psikiater dan psikolog bilangnya bukan dementia ya. Tapi, lebih ke anxiety disorder. Cuma kan ga tau ya, coba kalau kita tengok kasus Bruce Willis yang baru ditegakkan diagnosa Dementia juga tidak dalam waktu dekat kan.

Jadi, kayanya itu mulai tahun 2019 deh (sebelum pandemi ya) Mama itu berantem hebat ama sahabat baiknya, sampai-sampai harus pindah rumah. Ga tahan kalau berhadapan ama orang itu (karena rumah mereka berdekatan) Segitunya yah. Mama sih udah curhat ke saya waktu itu, ya saya sih seperti biasa kasih tipsnya bahwa manusia mengecewakan kita itu wajar, tapi ya udah kita berusaha memaafkan, tetap berteman, hidup kalau sendirian kan ga asyik ya. Dan Mama pun kekuh, ngapain pusing, punya anak yang baik-baik udah bersyukur. Ya di situ dari yang awalnya aktif pelayanan, Mama jadi malas pelayanan, malas berteman.

Terus masuk ke 2020 itu ada pandemi ya. Mama termasuk kelompok komorbid, ada diabetes & darah tinggi. Ya jadilah, masalah ga punya sahabat bertambah dengan masalah parno kena Covid. Ketambahan beberapa karakter Mama yang 'tidak mudah' seperti : over thinking & mudah kuatir itu kali ya yang menghantam kejiwaan Mama bertubi-tubi, ditambah (saya akui) Papa juga bukan sosok yang 'adem' Ya intinya dua orang itu sifatnya sama-sama macannya, cuma yang satu macannya 'mendem' (Mama) yang satu macan 'gigit' (Papa) Cobalah T-rex ketemu donkey kayak saya & Bejo, kan ada yang siram-siram hahahaha XD Mama pun bergaul ikrib dengan yang namanya obat penenang. Dan akibat obat penenang itu, Mama sempat dicurigai terkena Parkinson, soalnya jalannya tu lambat banget kayak orang Parkinson.

Sepanjang 2020 itu Mama jadi sosok yang lebih mudah marah kalau keinginannya tidak kita turuti sesegera mungkin bak Roro Jonggrang. Contoh ni, order Tokopedia, di cancel tokonya karena no stock, Mama marahnya ama saya. Masuk ke tahun 2021, temperamen Mama yang mudah marah saat keinginannya tidak kita turuti sesegera mungkin bertambah jadi histeris teriak-teriak. Kadang malam kalau tidak bisa tidur, Mama pun telponan ke saya bilang mau mati saja, ya begitulah, saya hibur, saya ingatkan. Ga mudah emang menghadapi curhatan orang seperti itu. Saya pun ikut 'babak belur' ya untungnya sih challenge yang saya hadapi juga ga banyak waktu itu, kan pandemi ya. Kegiatan pelayanan juga ga banyak, masih belum ikutan edan lah saya XD Ya sambil saya tanya kanan kiri kan, kuatir juga. Dimulai dari yang :

1. Apa Mama 'kerasukan'? Ternyata bukan ya

2. Mama ada gangguan jiwa? Betul, udah ke dokter spesialis syaraf juga dinyatakan sehat sekali. Ke psikolog cuma dibilang ini parah banget, ga bisa tenang. Bahkan Romo Charles bilang itu Mamanya Cye2 serem banget coba lihat tarikan nafasnya cepat sekali loh, duduk santai aja ga bisa.

Dan ya karena Papa Mama kan termasuk orang 'kuno' ya, konsultasi ke psikolog itu ditolak mentah-mentah ama mereka. Enak aja bayar mahal cuma disuruh cerita ga dikasih obat XD Ya mau gimana lagi ya? Puji Tuhan waktu itu saya mulai ikutan Pastoral Conseling Course di Keuskupan Bogor. Banyak pengalaman yang diajarkan ke saya. Mulai rutin telpon Mama tiap hari, ngobrol ngalor ngidul. Waktu itu sih lumayan, Mama masih bisa coloring, katanya sih lumayan bantu. Terus ikutan senam Ping Shuai Gong, katanya pikiran lumayan tenang.

Masuk 2022 lumayan lah, walaupun masih ada dilema 'Mama sering salah hitung' dan masih sering ga sabaran, tapi yaudah kami udah bisa berdamai dengan perubahan karakter tadi. Tapi, Papa jadi sering emosi ama Mama, karena Mama sering banget bertanya hal yang diulang-ulang. Mendadak akhir Oktober 2022, Mama serangan stroke ringan. Dan saya sadari ternyata memang Mama saya 'not ok' Ya karena saya jagain Mama semaleman ya. Sifatnya benar-benar tidak normal, tidak cuma pertanyaan yang diulang-ulang, bersikeras mau makan dan keluar RS padahal jam masih menunjukkan pukul 2 pagi, setiap 30 menit sekali membangunkan saya, udah pagi belom? (padahal ada jam di depan ranjang Mama di RS), minta diolesin minyak angin, minta minum, minta keluar dan lain sebagainya. Ada satu hal yang saya syukuri, di tengah sakit kepala & kelelahan saya menjaga Mama di RS, koq puji Tuhan saya bisa pulang & jagain Mama, ini kan ga lucu beneran kalau Papa yang jagain Mama? Bisa sakit dua-duanya tuh. 

Pulang RS Mama sih masih bisa jalan biasa, walau tangan kirinya jadi agak melemah, pegang apa-apa sering jatuh. Akhirnya kami putuskan, Mama tidak bisa 'hidup mandiri' kami pun minta bantuan suster untuk merawat Mama (Papa Mama tinggal terpisah di luar kota) Dan dimulailah 'masa kelam' itu, tangisan ingin mati, ingin bunuh diri, tidak mau bangun dari tempat tidur pun dialami Mama. Akhirnya saya dapat rujukan psikiater di RSJ Lawang oleh seorang teman sepelayanan di gereja yang kebetulan psikiater juga. Ya berkat obat psikiater itu Mama sudah bisa keluar dari depresinya. Udah tidak pernah terucap ingin mati saja. Cuma ya namanya aja sakit jiwa, obat itu tidak menyembuhkan sakit jiwanya, hanya meredam gejala yang timbul saja, seperti meredam kegelisahan, meredam kesedihan. Ya pasti, Mama jadi manusia dengan perasaan yang minimal karena obat itu tadi. Tidak punya semangat, tidak punya kesedihan, tidak punya kegembiraan. Untuk sekedar tersenyum di foto kami pun harus menemukan satu kata pamungkas yang membuat Mama tertawa. Itulah yang Mama alami di 2023

Bagaimana dengan yang saya alami? XD Ya seperti tulisan saya di November 2023 itu, saya tidak baik-baik saja sih sebenarnya. Ya puji Tuhan, Tuhan masih memegang erat saya, sehingga kenormalan jiwa saya masih berlanjut. Mungkin karena saya tipe orang yang ga cuma bersyukur aja kali yah, hehehe. Saya sering juga protes ke Tuhan, menangis, mengeluh capek. Tapi, ya Tuhan berkali-kali kuatkan saya. Jadi keingat firman ya "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. (Maz 51 : 19) Ya itulah yang saya alami. Karena ga cuma menghadapi Mama & menghibur Papa ya, Mama itu kan orang tua mandiri, pembukuan pun dikerjakan olehnya. Nah, karena ada gangguan ini, ga mungkin kan Papa yang pegang keuangan. Otomatis ya saya XD Mabok sih semestinya kanan kiri pegang keuangan hahahah ga di kantor, di keluarga, diri sendiri, pelayanan juga keuangan. Maksudnya mau jadi ketua panitia geto loh? Wuahahahahahahahahaha JANGANNNNN! Bisa pelan-pelan korslet saya! XD

Di Lourdes & Fatima itu saya berdoa memohon mujizat kesembuhan buat Mama, jujurly saya dah ga kuat kalau kelamaan seperti ini. Takut tumbang. Ternyata doa saya dijawab, saya diberi kekuatan ama Tuhan XD

Yaudah deh ya XD Dikasih kepercayaan seperti ini ya dijalani aja ya gak? Dikasih kepercayaan tanah 120m2 diterima aja lah walau pusing-pusing edan dikit, ntar kalau dikasi tanah 2000 ha kan jadi lebih kuat yak XD

Jadi, kalau ditanya teman dan sahabat, bagaimana kabar Mama? Ya gimana ya jawabnya, saya pun bingung. Dahlah alami aja dulu nanti juga ngerti XD (minta dijambak gak siiii hahahaha) Ya pokoknya jawabnya itu, sakit jiwa itu apapun bentuknya entah anxiety, ya ga ada kata sembuh, adanya kata pulih, kapan pulihnya? Ya psikiater aja ga tau, apalagi kami yang tempe tahu ini yak XD Apalagi dementia, ya udah ga ada kata pulih lagi. Jadi, kalau ditanya apa Mama saya dementia? Ya ga tau juga, terakhir sih diagnosanya bukan yah. Koq kayanya pasrah banget sih Dev? Ya emang itu last option saya biar agak waras dikit yah XD Udah coba bujuk-bujuk ke psikolog buat konseling kan biar mendingan sakit jiwanya, yang ada saya malah diomelin, saya yang stress ya gak? XD

So, teman-teman jangan sepelekan gejala kecil gangguan jiwa ya ^^ Segeralah ke psikolog atau konselor lah ya kalau berat biayanya. Dari hal-hal yang kecil itu kalau udah jadi gede, 'biaya' nya ga murah yah. Obat sakit jiwa itu murah koq, cuma dampaknya aja yang mahal. Kualitas kewarasan keluarga yang jadi harga mahalnya :)

Segitu aja cerita saya, semoga berguna yah buat teman-teman. Jujur emang yang namanya kejiwaan ini begitu syulit dipahami XD Yang bisa dijalani aja yah. Ganbatte!


Have a splendid night to share


Tuhan memberkati


DPS pamit

Senin, 13 November 2023

I Am Not Okay, Ma

 Sudah hampir setahun kejadian Mama stroke. Sudah 2 tahun, Mama dideteksi gejala anxiety. Sejak 2021 itu pula aku merasa lelah secara batin. Ingin rasanya menyerah. Berulang kali kukatakan pada Tuhan, aku sudah tidak mampu lagi.

Ingin kuturun dari salib ini. Tapi, seolah Tuhan bilang hang in there. Aku berdoa supaya Mama sembuh, biar beban yang aku tanggung tidak begitu berat. Namun di perjalanan ziarah, Tuhan bertanya mau apa kamu jika Mamamu tidak sembuh? Aku menangis.

I'm not okay, teman-teman. Di tengah segala kesigapanku, di tengah segala positive thinking ku, di tengah segala senyumku, ada sebuah tangisan darah setiap malam. Kapan semua ini akan berakhir. Hanya Tuhan yang selalu menguatkanku. Namun, berulang-ulang kali aku bertanya kepada-Nya, sampai kapan?

Bermacam-macam alasan aku kemukakan, mungkin Tuhan ingin aku punya hubungan lebih baik dengan Mama. Mungkin Tuhan ingin aku berbela rasa pada keluarga yang punya Mama atau bagian keluarganya yang kena gangguan jiwa.

Apa upahmu bila engkau berbuat baik pada orang yang berbuat baik padamu? Persis seperti itu. Mama yang tanpa ekspresi, terkadang tidak ada inisiatif untuk mengobrol padaku, dan penolakan itu harus kuhadapi sehari dua kali. Lelah, Tuhan. Aku sangat sangat lelah.

Aku menulis ini, supaya menjadi tanda. Semoga aku bisa menimba air kekuatan dan juga kehidupan dari Tuhan.

Sabtu, 22 April 2023

26 Februari 2023 Firman Tuhan : Pelita Bagi Hidup Kita

 Tak terasa kita sudah memasuki masa puasa. Pada masa puasa ini kita kembali diingatkan untuk bertobat dan mempersiapkan Paskah. Melalui Mazmur hari ini kita diingatkan juga bahwa pertobatan dengan mempersembahkan hati yang hancur dan remuk tidak akan dipandang hina oleh Tuhan. Hal apa sajakah yang bisa kita lakukan dalam masa pertobatan ini?

Melalui bacaan Injil dan bacaan pertama, kita melihat bagaimana teladan Yesus yang sungguh berkebalikan dengan Adam. Ada tiga sikap Yesus yang dapat kita teladani melalui peristiwa pencoban di padang gurun. Yang pertama, Yesus mengutamakan firman Allah ketimbang kenyamanan. Pada kitab Kejadian, Allah juga telah menyampaikan firman-Nya, bagaimana manusia tidak boleh memakan buah dari pohon yang ada di tengah taman. Namun, manusia mengabaikan firman Tuhan, dan menuruti kenyamanannya (dilihatnya baik dan sedap). Meluangkan waktu beberapa menit dalam sehari untuk membaca firman Tuhan, terkadang tidak kita lakukan. Alasan yang kita kemukakan pun bermacam-macam, ah kalau pagi gak keburu Tuhan, nanti terlambat ke sekolah atau kantor. Kalau siang? Masa gak sempetin makan siang, kan butuh tenaga juga. Pulang sekolah atau kantor? Ngerjain tugas dong, kerja kelompok, oh ada meeting di gereja, ada pertemuan lingkungan, ada ketemuan ama teman yang udah lama gak pernah ketemu. Akhirnya tibalah malam hari, munculah alasan ngantuk dan ketiduran yang kita kemukakan, dan berakhirlah hari itu tanpa membaca firman Tuhan dan direfleksikan. Kalau iseng kita hitung, seberapa lama sih waktu yang kita habiskan untuk menonton film, browsing, melihat social media dalam 1 hari?

Kalau sekedar hapal firman Tuhan, iblis pun bisa melakukannya. Hal tersebut dapat kita lihat ketika iblis mengatakan kepada Yesus, "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (Mat 4 :6) yang sesungguhnya iblis sebutkan dari Mzm 91 : 11-12 Bisa kita lihat bagaimana lihainya iblis dalam mempermainkan firman Allah untuk menjadi sebuah alasan, menjadi sebuah senjata untuk menyerang orang lain, tenang aja Tuhan baik koq, sekali tidak baca firman Allah juga tidak akan mati.

Bagaimana dengan Yesus, teladan sejati kita semua? Yesus tidak hanya tau firman Allah, Dia juga melaksanakannya. Jadi, Ketika kita hanya tau firman Allah, dan mencomotnya untuk berbagai kepentingan diri sendiri, apa bedanya kita dengan iblis?

Teladan Yesus kedua, sadar akan situasi yang dihadapi dan merefleksikan dengan firman Allah yang tepat. Bukan sok jagoan dan ingin membuktikan firman Allah yang hanya sepotong-sepotong seperti iblis. Apakah kita sering mendengar ‘mintalah apa saja yang kamu kehendaki , dan kamu akan menerimanya’ (Yoh 15 :7) Ayat andalan ketika kita ingin doa kita dikabulkan Tuhan, Tuhan pasti mengabulkan apapun yang kita kehendaki. Kita lupa, ada kalimat di depannya yang tidak kita refleksikan ‘Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu’ Sudahkah kita tinggal di dalam Tuhan dan firman Tuhan tinggal di dalam kita? Apakah kehendak kita selaras dengan firman Tuhan?

Teladan Yesus yang ketiga, hanya Allah saja yang patut disembah, hanya kepada Allah saja kita baktikan seluruh hidup dan diri kita. Sudahkah kita mengutamakan Allah? Apakah kita masih mengutamakan diri sendiri? Mungkin kita bisa beralasan, ya namanya manusia hidup ya butuh makan. Tentu, Tuhan tidak melarang kita untuk makan. Namun, apakah kita sudah mengikuti proses yang benar dalam mencari rejeki? Apakah nafkah yang kita hasilkan membuat orang lain terampas kesejahteraannya? Apakah kebahagiaan kita hasil dari membuat orang lain menderita?

Memang tidak mudah membaca firman Tuhan, namun bila tidak kita mulai, kapan kita akan mengetahui sabda Allah? Sabda Allah yang konon katanya adalah sabda yang hidup? Sabda yang melintasi jaman, waktu ke waktu dan tetap relevan untuk dilakukan. Demi apa? Tentu demi keselamatan diri kita dan juga orang lain, bukan perkara nyaman dan tidak nyaman, bukan perkara enak dan tidak enak. Semoga di masa Prapaskah ini kita dapat mempersiapkan diri dengan baik, mulai membaca firman, dan yang terpenting melakukan firman itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin

28 Agustus 2022 Mengikuti Suara Yesus : Rendah Hati dan Tulus

 Kita sebagai pengikut Kristus tidak hanya mendengarkan suara-Nya saja, tapi juga mengikutinya, berarti meneladan Yesus, berbuat kasih seperti yang telah Yesus ajarkan kepada kita. Minggu ini, Yesus mengajarkan kepada kita untuk mempunyai kerendahan hati dan ketulusan, yang sesungguhnya merupakan dua sisi dari mata uang.

Kerendahan hati seperti apa yang dikehendaki Yesus? Rendah hati kepada sesama? Rendah hati kepada Tuhan? Tunggu dulu, bukankah kita selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan? Kualitas rendah hati ditentukan saat kita menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan kita. Jadi, rendah hati di hadapan Tuhan berarti kita menyerahkan diri kita pada rencana Tuhan, bukan kita yang mengatur Tuhan sesuai kehendak kita. Seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria, “aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” Kalimat yang begitu rendah hati dan tulus yang diucapkan oleh Bunda Maria, saat ia tidak paham apa yang sedang terjadi. Terkadang, saat kita merefleksikan kejadian dalam hidup kita, terutama di tengah berbagai tantangan yang kita hadapi, terlontar ucapan, ‘apa ya yang sudah saya lakukan?’ dan selanjutnya ‘mengapa ini semua terjadi pada saya?’ Saat kita sudah melakukan segala sesuatu dengan baik dan penuh kerendahan hati dan ketulusan, namun hasil berkata lain, kita kecewa. Berarti kita belum rendah hati dan tulus. Seseorang yang rendah hati akan menganggap dirinya hamba dan tidak layak mendapatkan imbalan. Demikian pula dengan orang tulus, tak akan kecewa saat apa yang dikerjakannya tidak sesuai harapannya.

Sudah rendah hatikah saya di hadapan Tuhan? Saat segala sesuatu berjalan tidak sesuai yang saya harapkan, saya berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkannya dan meminta Tuhan membantu agar keinginan tadi terwujud. Siapakah yang harus dilayani di sini? Socrates pernah berkata, “Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi.” Pernahkah saya berhenti sejenak di tengah kegagalan saya, merefleksikan apa yang Tuhan kehendaki sesungguhnya? Bukan, apa yang belum saya lakukan dan mengapa Tuhan tidak membantu saya mewujudkannya?

Demikian juga kerendahan hati dan ketulusan kita terhadap sesama kita. Yang menjadi dasar sekali lagi, ketika kita menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita, tulus sebagai hamba tidak menuntut imbal balik. Bagaimana relasi kita dengan pasangan kita? Saya berbuat baik kepada pasangan saya, agar ia mau berbuat baik kepada saya. Apakah itu sudah rendah hati dan tulus? Bagaimana relasi kita dengan anak kita? Papa sudah bekerja keras seharian, kamu seharusnya nurut dong, kamu seharusnya berprestasi dong, koq malah bikin Papa lebih cape lagi? Jadi, kita bekerja agar kita mendapat imbalan anak-anak yang baik dan berprestasi? Bagaimana sikap kita sebagai anak? Aku udah cape belajar di sekolah, Bu kenapa Ibu suruh aku pula yang mengerjakan pekerjaan rumah? Kenapa aku ga boleh main ama teman-temanku? Jadi, kita belajar agar dapat bermain dan bersantai-santai?

Rendah hati dan tulus seperti hamba, itulah tolak ukur kerendahan hati dan ketulusan kita, entah itu menyangkut hubungan kita dengan Tuhan atau hubungan kita dengan sesama. Semoga kita semua diberikan kekuatan Roh Kudus dalam menjalankan tugas perutusan kita ini, menjadi rendah hati dan tulus. Amin.

Kamis, 05 Januari 2023

Recuerdame - Is it? Atau Aku Akan Mengingatmu Sepanjang Kubisa


 Hai Hai ^^ Selamat tahun baru 2023 teman-teman.


Ini bukan ngajak melo ya hihihi tapi mau berbagi pemikiran aja dan sekaligus mengajak kita semua bercermin (berefleksi) Konon katanya hidup yang direfleksikan layak dihidupi, kata Socrates ya ^^ bukan kata saya. Kalau kata saya apa yaaa hahaha 'Hidup yang direfleksikan, membawa kedamaian dan kepenuhan diri' - devi pawoko (mimpi kali yeeee, siapa juga mau mengutip hihihi)

Dah balik ke topik ya. Semestinya pemikiran ini saya pernah bagikan ketika teman dekat saya meninggal. Saya merenung. Tiba-tiba teringat film Coco (by Disney) yang mengandung bawang kupas 1 kg itu ya XD Jadi, kalau menurut seluruh indera yang saya punya (yang dikaruniakan Tuhan) dan sejumput akal budi saya, orang meninggal itu kan tinggal roh. Roh itu ya ga punya memori apalagi kemelekatan (awalnya saya sih mikir lebih ekstrim lagi, roh itu tidak punya perasaan, tapi diralat Bejo ya, kayanya make sense juga sih pemikiran dia, Bejo berpendapat Tuhan itu kan Roh, Tuhan bisa mengasihi manusia, mengasihi itu kan bentuk perasaan) Ya akhirnya saya simpulkan kalau roh itu tidak mempunyai kemelekatan.

Jadi, ketika seseorang meninggal, dia ga akan ngotot, kekeuh (seperti contoh film-film ya, entah Coco lah, entah Si Manis Jembatan Ancol lah, entah KKN desa Penari juga :D) "remember me", "i seek for revenge"

Diikuti beberapa kenalan, teman sekolah, suami teman sekolah yang meninggal dan membaca bagaimana kesedihan mereka yang ditinggalkan. Kenangan-kenangan yang diingat dan membangkitkan emosi yang ditinggalkan begitu kuat. 

Kemudian, saya ingat akan Mama. Yes, Mama masih sehat loh tapi ya belum pulih 100% (karena gangguan kejiwaan) Berulang-ulang saya diingatkan pengajaran dr Julianto Simanjuntak, yang kurang lebihnya 'orang dengan gangguan kejiwaan itu tidak bisa kita patok harus bisa pulih 100% ada yang pulih cuma 20%, ada yang 50%, kalaupun >90% dan bahkan 100% itu benar-benar mujizat Tuhan, diterima saja. Namun, saya masih ga rela gitu loh. Merasa tidak bisa melakukan hal-hal yang saya ingin lakukan saat Mama masih normal dulu. Belanja bareng Mama, rekreasi bareng Mama, masak & bikin kue bareng Mama, ngegosip ama Mama.

Saya seolah-olah mencengkeram erat potret Mama yang ideal dan sehat. Bertanya-tanya kapan Mama akan pulih 100%? Kapan kami akan belanja bareng ke Pasar Atum lagi? Ketika melihat Mama maju, hati saya senang. Ketika melihat Mama terpuruh, hati saya sedih. Perasaan saya dipermainkan oleh kemelekatan. Padahal, kalau dilihat apa iya Mama sedih dengan keadaannya sekarang ini? Ya belum tentu :) Mungkin Mama pun sudah berdamai, namun saya yang tidak terima.

Bingung? :D Berat yaaa bahasannya hahahahhah

Yah, in the end, maksud dari refleksi saya adalah :

1. Belajar tidak melekat (ingat, semua yang ada di sekitar kita atau yang melekat dalam diri kita bahkan roh kita, itu cuma anugerah, cuma karunia)

2. Mindful activity, lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini juga, no procastination ya :) Kangen Papa? Telpon, video call. Mau membantu orang? Sekarang! Pengen memeluk suami? Lakukan sekarang (kalau bisa ya hahaha, maksudnya kalau sama-sama di kantor ya mana bisa ye gak?)

Mungkin teman-teman mikir juga ya, ah jangan jadi orang yang terlalu baik ama keluarga. Yang ada malah kalau kita meninggalkan mereka, mereka bisa nangis kejer dan bahkan bisa aja ga rela. Ya kan? Coba tuh kalau yang meninggal anggota keluarga yang toxic haha Mungkin keluarganya bakal bersyukur dan bersorak ya :D Ets.....iya kalau itu kita duluan yang berangkat, lha kalau orang yang kita kasihi yang berangkat duluan. Coba, apa ga menyesal? ^^

Jadi ya, saya bersyukur banget, 2021 Mama kena anxiety itu, koq saya nurut nasehatnya Suster, telpon lah setiap hari. Seneng banget punya sore yang ditunggu-tunggu, ngobrol ama Mama. Sekarang saya pun masih berharap Mama bisa pulih 100% ya :) tapi saya tidak akan melekat, saya serahkan ke Tuhan. Ya saya lakukan yang saya bisa, itu aja. Mengurangi 'damage' yang saya alami di 2022 kemarin. Itu ya resolusi saya di 2023 : lebih rajin & lebih bebas (tidak melekat)



Life is a mistery, but it's worth to live for.


Have a blessed evening


DPS pamit

Sabtu, 27 Agustus 2022

South Korea Trip : A Blessings and Lessons (alert : No Ordinary Girl Allowed! :P)


Halo halo ^^


Sesuai janji ya saya mau share itinerary ama beberapa cerita saya soal travelling sendirian ke Korsel kemarin yaa hehehe. Banyak sih hal-hal yang menarik yang saya pelajari, yuk lanjut!

Latar belakang permasalahannya... (bahasanya seolah mau bikin LPJ yaa :D) Saya itu ga ada rencana sama sekali ke Korsel! Blasss (sebelum saya ke Korsel haha, sabarrr) Orang drama korea ya biasa aja ya, oke komik Korea saya suka karena ceritanya kreatif dan gak cemen! Lain banget kan ama drama korea yang menurut saya too cheesy :) (selera ya gaess) Masakan Korea, ya ada yang suka, kimbab, oden, japchae, bibimbab, sundubu jigae, gyeranmari, miyeokguk ^^ kalau ngomongin makanan aja ya, lancarr, lahap hahaha. Tapi, di tengah-tengah pandemi yang mulai mereda dan balada paspor yang udah expired. Mendadak ada panggilan malaikat (ya malaikat, orang gratisan ahahaha) 'buruan itu urus paspor, nanti tolong temani ya ke Korea 10 hari, visa, hotel, pesawat, makan gratis, tapi di sana kalau belanja-belanja ama kemana-mana ya bayar sendiri' Lhooo, ya emang ga pernah rencana ya, tapi kalau sebanyak itu gratisan, siapa nolak?? Tapi, tunggu dulu bulan Juni....nangis di pojokan, kenapa? Banyak banget itu jadwalnya, amsiong dah, mau berangkat tanggal ini ujian, tanggal ini ada Weekend Roses, tanggal ini ada WET, mabok bener. Udah gitu, ngeselinnya keputusan bojo, 'g ga kasih ijin ya ninggalin g 10 hari, 7 hari ok' Laelah lu kira saya yang bayar bisa seenak udelnya jadi 7 hari :D

Ga jadi berangkat, melayanglah itu gratisan. Sedih? Yaiyalah. Kesel gitu loh, dah berharap di depan mata, eh ga boleh ama suami. Ngadu lah saya ke Tuhan malem-malem, 'sedih ga boleh pergi ama suami, padahal pingin pergi ke Korsel, kan mumpung gratis' Tiap malam tu doa kayak gitu, kesel masih belom ilang ya haha. Mendadak dong, bojo ngabarin, 'aduh! Gawat! Aku ditugasin ke Korsel sebulan!' Hohoho kapok luh XD Rencana awal mestinya kami mau ziarek ya (rencana 2020 yang batal gegara Covid19) Menurut info agent yang urus visa, pengajuan visa nih traffic nya lagi ajaib (mungkin orang-orang udah pada kesurupan ya 2 tahun ga boleh pergi-pergi hahaha) Jadi, kalau mau lancar berangkat di Sep, ya paling lambat mid July itu kudu udah submit dokumen. Lah bojo baru berangkat aja akhir Juni, sebulan kalau gak ngaret. Ya mana bisa? Huuuu, super manyun XD Hah, batin saya, apa nekad aja ya, saya urus visa, ntar suami nyusul dokumennya (padahal tiket juga blom beli, itinerary juga blom bikin, ya garis besar sama kayak tahun 2020 sih) Suami ga setuju, dia bilang, ini kesempatan kan jalan-jalan ke Korsel ga ada yang ngerecoki. Gara-gara dapet gratisan itu, dia udah pinky promise, someday ke Korsel (walaupun, laki mana sih yang tertarik ke Korsel ya? wkwkwkw) Kata dia, irit loh, kan bayar pesawat cuma 1. Ner uga ya, uhuyyyy *mata berbinar-binar mode on, kapan lagi yak jalan-jalan ga direcokin bojo?*

Akhirnya itinerary pun disusun dan bolak-balik direvisi. Ya maklum, pak bos (baca : bojo) kalau weekend pingin nyempil ikut ^^ Plus, saya itu pengen banget naik Hallasan, soalnya kan dikasi tau kalau trayeknya itu gak sesusah naik gunung di Indonesia (udah ada jalan kayunya gitu loh) Kapanan pengen coba naik di Zhangjiajie atau Great Wall sih (dan sempat maksa suami mau naik Fujiyama) tapi ya tau kan bojo itu level magernya itu top of the top, jadi jangan harap! Soal pengurusan visa dan syarat PCR ga usah saya update ya, teman-teman cek aja ama airline pasti lebih update daripada tulisan saya. Dan tadaa, ini itinerarynya :

  • Selasa, 19 Juli 
            Mulainya jam 18.00 nih, saya naik kereta bandara di stasiun BNI (enak praktis ya, 40 menit sampai, ga ada resiko macet) Abis gitu check in dan nunggu flight Korean Air jam 21.45 (dah cem rekonstruksi perkara belom XD) Santai ya, maklum gak ada bojo yang bawel, tapi tetap kan kalau malam dia pulang kantor video call, seperti biasa, udah siap belom barang-barangnya? XD Sekalian cek oleh-oleh buat bosnya udah dibawa belom :P nitip lapis legit ama emping blinjo ya, gegara pas dia berangkat bawa rendang 1 kg, dibuang ama petugas bandara, ga boleh bawa daging ke Korea. Apa yang saya rasain terbang malam-malam? Bukan pertama kali ya, tapi ga tau kali ini padahal kan bentar tidurnya, tapi kayak gak nyenyak gitu loh, kebangun bangun, gegara pake masker kali ya? Kebetulan saya sih 2 trip kemarin pilih flight pagi.
  • Rabu, 20 Juli (Haneul Park-Seoul & Camelia Hills-Jeju)
            Sampai Incheon jam 7 pagi. Puji Tuhan banget imigrasi gak terlalu penuh. Sebelumnya pas berangkat itu kan kayak banyak banget ya orang Indonesia yang ke Korea, tapi gak seheboh itu sih, masih lebih banyak orang Korea nya hahaha. Lanjut lah saya cuci muka, sikat gigi, dandan, beli kartu buat transport di GS25 di airport ama nukerin duit (duit saya pecahan 50 ribu soalnya) (sempet mata ijo sih liat cemilan banyak banget, tapi tau diri ya, itu trolley 16 kg gaes plus kantong isi emping blinjo ama ransel saya bawa sendiri hahahaa, rasain loooo, biasa ada bojo maen bela beli ini itu, tas tinggal titip bojo ahahahaha) Selesai minum aduh seger banget ya, di pesawat rada parno tau, takut ketularan Covid19. Cus deh saya tes PCR di bandara, puji Tuhan lagi sepi! Padahal tulisannya kalau rame bisa 2 jam antri haha. 2 jam antri mah meringis bener saya, mana jadwal padat ya gak (udah kayak mau press conference aja) Kelar itu saya naik AREX (airport express) ini ada 2 jenis : all stop (setiap statiun berhenti) & non stop (berhenti di terminal 1, 2, cargo & Seoul) Nah! Dodol banget saya salah naik! Naik yang non stop, jadi abis dari Seoul saya naik lagi subway ke Haneul Park (sambung bus tentunya) Kondisi subway Korea itu sama koq kayak KRL Indonesia :) gak ribet, gampang karena perusahaanya cuma 1 KORAIL. Gak usah riweh kayak di Jepang yang kudu nyari-nyari karena beda kereta beda perusahaan. Trus, + nya kita punya transport card, ga usah bolak balik ke vending machine, naik bus juga tinggal tap, turun bus tinggal tap, DISKON pula! Enak kan :) Jadi, kalau teman-teman transport junkies (just like me haha) berguna banget ni kartu.
                Oiya, di Korsel pakai aja Naver Maps ya, lebih praktis soalnya jadwal kereta & bus udah update di aplikasi itu :)
                Komen saya soal Haneul Park : sepi, oke lah buat sight seeing, cuma kayanya paling bagus kalau pas spring atau autumn, feel nya lebih berasa. Kalau kemarin saya kan summer, yaudah kayak hamparan padi di Jatiluwih aja hahaha. Oiya, kalau demen sport boleh loh bawa sepedanya di mari, seneng pasti! Banyak orang sepedaan di sini, menanjak. Dan, agak melelahkan ya kalau bawa trolley dkk seperti saya hahaha makanya saya mending naik odong-odong aja deh bayar 2000 won, daripada sampai atas pingsan, tinggal gelinding aja ke bawah hahahah
                Flight ke Jeju jam 14.00 jam 13.00 tu saya dikabari kalau saya - hasilnya ^^ Jujur saya ga berani woro-woro bukan takut ditagih oleh-oleh haha. Cuma ga PD aja gitu loh, ntar udah sampe Korsel + kan ya tetap isoman di hotel, jadi mendingan euphoria nya ditahan dulu lah :) Akhirnya setelah - saya jadi PD ya buka masker hahahahahaha, tunggu...emang gak lunch Dev? Lunch, saya makan makanan pesawat saya masukin kotak nasi hahaha, kasian kan kalo saya + trus makan di kedai makan, bikin orang-orang ketularan. Jadi saya makan di taman yang sepi orang ^^ (Haneul Park)
                Jeju itu tranport cuma bus, taxi, sewa mobil. Bus nya rada banyak yang trayek jauh, jadi..tips nya, di Naver itu ada beberapa pilihan no bus, gesit aja, di depan mata ada no berapa kalau sesuai Naver, naik aja! Jujur kemarin saya kan polos ya, bingung mau nanya mana, orang nanya group backpacker toko roti di Suwon aja ga ada yang respon ya gak. Jadi nungguin itu bus dari airport Jeju ke hotel lamanya sampai 30 menit. Jadi ya saya ga sempat ke Camelia Hills T.T uggghh padahal cantik banget loh, apalagi yang demen hydrangea kayak saya, pasti nyesek!
                Hotel saya di Jeju enak, deket ama terminal bus (cuma kelemahannya sih : ga ada lift) Kebayang kan angkat tu trolley dkk ke lantai 3 dengan bermasker pula kakaaaa....masih pandemi kakaaaa XD Nama hotelnya : Jeju Masil Guesthouse. Malamnya saya makan kimchi jigae di Haerim Restaurant (enakkkk, tapi pedes!) Oiya, porsi nasi di Korea itu 1 mangkuk nasi dia yg stainless itu full dipadatkan ya :D dan tentunya, kalau pesan kimchi jigae yang keluar ofkors ga cuma kimchi jigae, tapi ya side dish bisa 6-8 macam hahaha dan side dish nya kalau abis, di refill :D Abis 7000 KRW (normalnya sih seginian ya 7k-9k kalau bukan di Seoul sekali makan) tapi kalau udah pesan set menu (mereka biasa kalau untuk 2-4 orang lebih ada set menu, itu pasti bisa 50.000 KRW tapi kan banyak orang.
  • Kamis, 21 Juli (Hallasan, Cheonjeyeon Waterfalls, Seongsan Ilchulbong, semua naik bus ya)
                Oiya Hallasan itu hiking dan ga boleh nginep temans :) Jadi harus perhatikan waktu bener-bener ya dengan speed kita. Kalau summer, jam 1 siang harus udah turun dari puncak. Kalau musim lain bisa lebih awal, takut lebih gelap kan soalnya. Hallasan ini ada banyak rute, saya jelaskan dikit aja ya (yang 2 pertama wajib daftar di web pendaftaran Hallasan dann perhatiin ya, kalau gak nongol tapi dah daftar, bakal di block sampai 1 tahun, seperti saya hahaha)
  1. Gwaneumsa : 8.7 km (one way sampai TOP) butuh stamina oke & terbiasa mendaki gunung, medannya susah, agak nanjak, dan soalnya kudu PP ya temans, jam 1 teng kudu turun. Yang udah biasa naik gunung sekali jalan cuma 5++ jam lah, yang gak bisa bisa 7 jam sekali jalan. Tapi, sekedar catatan : ini the best view :) dibanding rute lainnya
  2. Seongpanak : 9.6 km (one way sampai TOP) stamina oke, gak terlalu biasa mendaki gunung agak bisa, asal betah cape aja. Medan lebih mudah dari Gwaneumsa, tapi pemandangan bagusan Gwaneumsa. Yang biasa hiking, bisa 4,5 jam sampai atas, yang gak biasa ya mungkin 6 jam.
  3. Yeongsil : 5.8 km (tidak sampai TOP)
  4. Eorimok : 6.8 km (tidak sampai TOP)
  5. Euseungsaengak : 1.3 km (tidak sampai TOP) paling rame kalau sore jam 3
                Saya awal pilih Gwaneumsa, cuma berubah karena saya pikir lagi, kalau sampai entrance aja jam 5 (nekad naik taxi nih ceritanya) jam 5 sore udah bagus banget tu saya bisa sampai exit. Trus saya juga pengen banget ke Seongsan, padahal jalan ke Seongsan naik bus aja udah 1,5 jam. Seongsan tutup jam 7 terlalu mepet. Belom gempornya ya, salah-salah saya bisa ketiduran di Seongsan hahaha. Yaudah ga usah idealis, di block yaudah block sana, ntar saya balik Jeju abis 1 tahun deh hahaha. Dari terminal bus itu yang paling awal jam 06.30 buat ke rute Euseungsaengak. Gambaran Hallasan itu kalau pagi berkabut, angin kencang, kadang ujan & petir (2 rute pertama itu banyak yang ditutup kalau petir) Pas saya ke sana, ujan gerimis, awal saya masih pakai jas ujan, tengah-tengah hutan belantara yaelah cuma gerimis, udah maskeran pakai jas ujan, bisa basah kuyup sampai atas kena keringat :D dah dilipat aja deh jas ujannya. Sepi ya gaes XD eh koq sepi, cuma saya ya teman yang naik ahahahahahhahahaha yaudah lah doa Malaikat St Mikael biar dilindungi ya gak, ama bisik-bisik ke malaikat pelindung, ntar bisikin yah kalau saya nekad, biar inget bojo di Suwon dikit gitu wkwkwkwkw. Perjalanan lancar, ya maklum rute gampang ya, nanjak mah cuma dikit, enteng la, bener saya yang newbie aja cuma 45 menit uda pake foto-foto rempong (bawa kamera, tongsis, kumplit! haha) Begitu sampai atas, ilang deh ketawanya hahahaha serius! Itu puncak lapangan terbuka ya kan, emang kayaknya cuma jalan 1,3 km cemen banget, tapi itu udah tinggi sayang XD 1.169 dari atas permukaan laut hahaha jadi ya anginnya kenceng, kadang ketabrak-tabrak awan yang bawa uap air, duh berasa mau terbang beneran di atas hahaha dan...sendirian! XD Jadi yaudah, ga usah maksa kata malaikat pelindung ya, takut terbang ga usah berdiri, duduk aja nunggu awannya pergi buat foto2 XD itu rambut basah kuyup kena uap air hahaha (saya kasih video jelek muka saya ya yg kacau beliau kena awan & angin XD)


                Dari situ buruan ke air terjun Cheonjeyeon, cuacanya HOT! Ngap! Jadi air terjunnya ada 3, yang pertama itu kalau ga ada ujan dia ga ada air terjunnya, tapi ada batu-batuan cantik :) Yang kedua ama ketiga standar ya kalau menurut saya, naik turunnya itu lho beneran deh bikin lutut mau lepas hahaha entah gara-gara abis hiking kali ya? Pas sebelum naik jembatan (unik banget jembatannya) itu ada kolam buat lempar uang :) uangnya buat didonasikan buat fakir miskin di Korsel. Ada 4 hewan kalau ga salah inget : Peking duck (for love), Fish (anak), Turtle (umur panjang), Dragon (luck)
                Abis gitu lanjut naik bus ke Seongsan Ilchulbong! Lama banget, 1,5 jam hahahah sampe tidur di bus. Seongsan : CANTIK! Ah ya naik turun juga hahahaha dari pintu tiket sampai atas 30 menit, turun lagi 30 menit. Pas naik sih kadang saya ga pakai masker. Bok! Dah panas, cape lutut mau lepas, kudu sesek pula kena masker hahaha. Pas turun disiplin, pake masker hehe. Soalnya banyak orang ^^ Ga seru ya kalau saya ketularan dan bergejala, mana nyaman gitu loh travelling pake acara sakit! Ada show juga ibu-ibu penyelam tradisional (ga pake alat diving ya) ini yang enak katanya bubur abalon nya dongggg....tapi saya ga turun ya, takut ga kuat naik hahahahah. Pulang dari Seongsan saya makan di Mo Hae Tonggalchi Brazier Grill -> ENAK! (bisa search di Naver) saya makan sup ikan dimasak asem pedes, tapi ga terlalu pedes ya KRW 15.000 (dapet miyeokguk semangkok gede, japchae, trus side dish nya banyak banget, saya paling demen yang gosari/ pakis) Abis itu gempor, letoy naik bus pulang haha
                Jeju ini terkenal jeruknya ^^ cobain minum jus jeruk yang dijual di pinggiran itu deh, kalau 3.000 itu ditambahin air, 5.000 murni hahaha dah kayak di Indonesia aja ya, enakkkkk jeruknya ^^ manis segerrr!
  • Jumat, 22 Juli (Gyeongbokgung, Bukchon Village, Inwangsan)
                Mendarat dari Jeju, saya langsung ke hotel di Myeongdong : Hotel Skypark III, hepi deh di hotel ini ^^ cocok lah buat cewek-cewek hehe Soalnya deket ke toko-toko Myeongdong itu belakangnya hotel, ke Insadong dekat, depan exit stasiun subway pula, dekat katedral Myeongdong, dekat pasar Namdaemun juga. Nurunin 'piaraan' ya, pegel banget hahaha mana stasiun Myeongdong ga ada lift nya (ada sih tapi jalan rada jauh, ngelewati toko-toko bawah tanah gitu) awalnya ga tau, jadi yaudah naik tangga manual *meringis pedih!* Abis itu cus ke Gyeongbokgung (ujan gerimis), luas banget ya Gyeongbokgung ni, mayan gempor kalau liat satu-satu. Di dalam museum ada kafe Sarang, enak juga hehe, saya makan muffin ama citron tea (khas Korea ya, yang dijuak di toples itu kalau di toko buah di Indonesia) KRW 15.000 wkwkwkwkw (namanya juga Seoul ya gak) dari situ lanjut strolling ke Hanok Bukchon Village (ini sih tepatnya rumah warga lokal yang dipertahankan kekunoan arsitekturnya buat foto-foto turis, awkward banget kan foto depan rumah orang XD) Banyak yang nyewain Hanbok di Hanok Bukchon sini, saya ga sewa, keringetan gini suruh make up BT banget, udah gitu selera dah rusak kebanyakan lihat Lee Sung Min Hanbok di IG nya wkwkwkwkwk, liat hanbok yang disewain udah kayak kain biasa aja XD (kalau ada duit ya sewa sono Lee Sung Min! wkwkwkwk)
                Jalan lah ke Inwangsan buat naik gunung (lagi?) hahaha sambil beli roti buat bojo, dia kan demen roti! (tapi di Korea irit gak belanja roti, katanya mahal, biasa belinya Sianies di duri kepa XD) Naik cuma sekitar 1 km lah, abis gitu ga lanjut. Kenapa? Soalnya ga bawa gear ya (tongkat) sandalnya juga sandal santai bukan sandal gunung. Inwangsan ini begitu 1 km udah ga ada tatakan kayu. Takut tergelincir aja saya. Walaupun punya kartu asuransi cover sampai Korsel, tapi karena ga ada orang di situ, iya kalau gelundung dan diketemuinnya besok pagi udah menghadap Allah Bapa XD percuma kan asuransinya hahaha. Yaudah cukup ya foto-fotonya, ga perlu lah achievement, orang belom midlife crisis XD Turun ya saya, lannjut makan sehat di Toksochon Samgyetang ^^ Jujur kurang cocok sih ama masakan satu ini, rasa dominan tu cuma kaldu dan ginseng. Samgyetang tu ayam hitam utuh, dimasukin beras ketan, dimasak kuah pakai ginseng. Yang maniak chinese food kayak saya, pasti berasa hambar. Makanya saya tuang bawang putih cincang XD Dan lucunya, di sini ga jual teh ya hahahahaha Kirain bisa pesen oksucha, kagak ada! Adanya Cola & Cider :) Cider? Spriteeeee hahahahahaha, mereka bilangnya Cider XD kirain apple cider vinegar wkwkwkwkwk
            Kelar makan, pulang hotel nungguin bojo tiba di stasiun buat dijemput XD
  • Sabtu, 23 Juli (168 stairs, Gamcheon Village, Igidae seaside park, Haedong Yonggungsa Temple-Busan)
                Berangkat pagi naik KTX ke Busan dari Seoul Station, enak koq stasiunnya jadi satu, cuma beda gate aja. Waktu itu beli di aplikasi Klook karena lebih murah daripada beli ketengan. Sampai Busan nitip tas di : Toyonaka Busan Station ^^ enak ni hotel, walaupun kecil tapi samping Busan Station banget! Abis gitu baru deh ke 168 stairs, ini serius ke sananya aja dah mayan cape, jadi jangan dicoba naik itu tangga hahaha, bayar aja ada koq kereta segede lift gitu buat naik turun tangganya. Abis gitu naik semacam ELF gitu ya ke Gamcheon Village tapi yang spot fotonya, foto doang. Abis gitu lunch di : Ilmi wheat noodles -> ENAK! (mengandung pork ya) Mie nya enak, ada 2 macem hot ama cold. Yang hot sih mayann pedes, pesen dagingnya juga, soalnya kalau cuma pesan mie dagingnya dikit, pelit dia. Mie nya doang sih KRW 6500, dagingnya KRW 8000 minum air gratis, ambil sendiri :) Oya, Ilmi ini antreeeee hahahah soalnya kedainya kecil XD Kenyang makan ke Igidae, komen : BAGUS! Kalau demen foto, seneng lah ke sini, banyak spot hunting foto :) Ada landscape Busan ama jembatannya dari pantai, ada pantai berbatu-batunya juga, jalannya gempor ya naik turun 4,2 km dari bus stop terakhir. Oiya deket situ ada Gereja Katolik juga :) Igidae Cathedral (asli Korsel ni banyak banget gereja)
            Abis gitu dengan semangat 45 walaupun cape, lanjut ke Yonggungsa Temple, komen : biasa. Entah kalau liat foto koq kayanya bagus banget ya. Sampai sana ya biasa biasa aja hahaha. Buat yang Buddha kali ya cocok kan buat berdoa, ama sepertinya kuilnya spesial doa minta keturunan :) Soalnya banyak yang kasih persembahan permen ama mainan gitu ke patung biksu kecil. Saya ga ikutan? Lhoooo minta di azab! XD Nah....deket pintu keluar kuil banyak yang jual oden hehehe sausnya enakkkkkk. Trus, daerah di situ juga ada Lotte Mall gede banget ^^ Tapi saya gak ke Lotte ya, penunggunya dah ngambek, cape seharian jalan katanya *ngasah pisau*
  • Minggu, 24 Juli (Suwon Hwaseong Fortress)
            Jalan pagi juga naik KTX ke Suwon ^^ Suwon ini dikelilingi benteng ga terlalu tinggi gitu, kalau kita muter juga bakal ketemu semua gate nya :) Pas sampai situ udah siang ya, jadi kami lunch dulu cobain pizza Corner Pizzeria ^^ enak! Porsinya banyak. Abis gitu baru deh hunting 3 gate, oiya dekat Janganmun gate itu kayanya ada bingsu enak :) antri antri soalnya, cuma lupa lihat hahah, sekitar benteng itu banyak bertebaran restoran maupun coffe shop :) Yang unik itu Hwahongmun gate, ini kayak pintu air gitu. Nah pas ke sana summer, gak terlalu tinggi airnya, jadi kita bisa lewat kolong situ :) jalan di tepi sungai bagian dalam juga bisa karena airnya gak tinggi. Abis dari situ ke Suwon Jeil Church (ini bukan gereja Katolik) biasanya buat nonton sunset aja, gerejanya cantik, di atas bukit. Nah dari Hwahongmun gate ke Jeil Church ini ngelewatin pasar jualan macam-macam rempah, ada pusat Sundae (sosis & jerohan babi khas Korea), seberang pusat Sundae ada pusat jualan ayam goreng Suwon. Cuma kami ga sempat kuliner sih, soalnya nguber jadwal Misa :) kan mandi mandi dulu, masa keringetan bau Sundae ngloyor ke gereja hahaha. Di Suwon nebeng suami nginep di Novotel Suwon, nah sebelahnya ni ada AK Mall ^^ rame juga, ada toko Line Friends. Sempat jajan Gongcha nya Korea yang Jeju series, tapi pas abis yang carrot T.T adanya matcha huhuhu biasa banget.
            Nah ketemu suami, mulai lah ngomel XD (khas bini bini banget ya)
G : haizzz, dibilang cantik banget ya gak terlalu yah
Bojo : la emang, udah dibilang. Yang bener tu wisata belanja tauuuu, kosmetik tu!
G : yaudah mana duitnya!
B : *salah omong dia!* dah besok pulang aja lah ke Myeongdong sono, nyalon, cari-cari kosmetik, ngapain sih cape-capein naik turun gunung muter kemana-mana jalan kaki!
  • Senin, 25 Juli (Bulguksa Temple, Dareungwon Tomb, Gyeongju Traditional Village, Donggung Palace)
                Kesiangan! Kapok luh hahaha gara-gara jelek-jelekin pemandangan negara lain yaaaa. Mateng dah ngejar KTX ke Gyeongju ini ga ada yang langsung dari Suwon, kudu ke Dongdaegu dulu hahaha. Dah gitu pake acara salah naik kereta pula! Jadi dari Suwon ke Dongdaegu ini ada lintasan yang buntu (ada 2 lintasan) yang buntu gak ke Dongdaegu hahahaa. Merenung lah saya sambil naik kereta. Galau kan. Apa ini ama Tuhan disuru pulang ke Seoul yaaa, disuruh belanja kayak nasehat suami yang baik hati dan budiman itu. Haiz, ngapain sih cape-cape kejar-kejaran kereta ya? Tapi, dalam hati kecil saya bilang, orang udah susun itin cape cape, koq malah nyerah! Yaudah pikir saya, pokoknya kalau sampai Dongdaegu KTX nya udah berangkat yaudah deh saya re-schedule ulang jamnya dan ubah itin saya. Dan tauuuuuuu, on time dong :) aaaa terharu bangettttt, bisa on time sampai Dongdaegu, dan gate buat naik KTX dari kereta biasa itu deket banget cuma 200 meter. Yaudah jadi deh ke Gyeongju! Dan, GAK NYESEL ke Gyeongju! Baguuuuuussssssss.
                Bulguksa Temple bagus, temple di atas gunung gitu ya, warna-warnanya juga cantik :) Ini rada luar kota sih, naik bus rada jauh. Tapi menurut g worth it. Dari kota ke Temple itu ngelewati resort wisata, rame juga. Di Bulguksa mestinya mau makan di Haemaji Namwon (cek Naver) cuma Senin tutup, jadi makan di sebelahnya, biasa aja sih, biar ga laper.
                Lanjut ya ke Dareungwon (makan raja disnasti Shilla kalau ga salah) nah deket Dareungwon ini banyak kedai cantik :) Salah satunya pas saya makan bingsu di 1894 enakkkk hehehe porsinya banyak ya, sampai ngabisinnya rada lama, seporsi kalau ga salah KRW 11.000 XD Kalau menurut saya, bukchon village di Gyeongju lebih cantik ya dibanding Seoul hehe lebih asri gitu, banyak tanaman dan bunga, jalannya juga bagus tertata. Ada juga persewaan hanbok koq.
                Nah! Dekat Donggung Palace itu ada kebun bunga luas banget :) yang demen bunga pasti betah deh di situ berlama-lama. Taman bunganya nyambung sampai seberang. Yang di seberang itu malah taman bunga matahari ^^ luas bangettttt. Ya intinya karena saya penggemar bunga, puas deh ke Gyeongju heheheh. Oiya saya menginap di G House Mini Hotel dekat terminal bis nih. Lumayan hotelnya bersih, dan ada lift nya juga :)
  • Selasa, 26 Juli (Gnaal Salon, COEX Star Library, Insadong)
                Jadi, udah lama sih saya follow salon di Apgujeong ini hahahaha seneng ama model-model potongannya. Jadi coba lah iseng tanya rate nya berapa, kalau sama ama Indonesia yaudah boleh yaa XD Soalnya di email juga ga dibales, di DM juga ga dibales kan, saya cek di Naver sih rate nya KRW 33.000 -> ini yang cuma rapiin rambut, jadi bukan bikin model baru, jadi dikerjain ama asisten dia :) Kalau ama director nya Hanul itu kena 800 ribu rupiah :) Sekalian cat rambut kena 2 juta rupiah (rupiah yaaa hahaha) Soalnya harga segitu mah kalau level Hisato di One Piece ya mana dapet :) Orang jaman 2012 pas mau merid ama Hisato aja udah 1,2 jt XD potong doang hahahah. Jujur lama ya di salon haha, orangnya detail banget :) Poni aja diperhatiin motongnya gimana biar bagus dan pas di wajah, ntar kalau rambut diiket tampilan wajah saya kayak gimana eh dipikirin juga ama dia XD Hepi so far hahaha, kalau ke Korsel lagi ke situ lagi ah XD mau keriting hahahaha
                Pulang salon ga langsung cus ke mana-mana tuh, abis mumettttt ditanyain Prokar wkwkwkwkwkwk Dah pulang dulu lah ke hotel ngurus Prokar ya gak, daripada saya salah naik bus. Abis gitu baru jalan ke COEX Star library (jauh banget ni, naik subway aja lama) komen : ga gitu spesial sih, tapi ok lah ^^ (ekspektasi saya soalnya Tianjin Binhai Library di China) Baru deh ke Insadong, tapi dah pada tutup semua (padahal baru jam 9) Trus nyesel, tau gitu tadi ngurus Prokar di Insadong ya gak! Hahahahahahahah gapapaaaa semua ada hikmahnya, kali aja ama Tuhan dikasi next time ke Insadong XD biar puasss hahahahah
  • Rabu, 27 Juli (Katedral Myeongdong, Myeongdong)
                Pagi-pagi sebelum toko buka ke Katedral Myeongdong dulu. Ini gereja pertama di Korea ^^ tua banget ya, berdiri megah di atas bukit gitu. Cuma ga boleh masuk, entah karena pandemi kali ya? Jadi belom sempat liat dalemnya sih. Cuma kayanya style gereja di Korea ini lantai 2 gitu. Jadi tinggi menjulang ke atas, mirip-mirip Regina Caeli, Stella Maris di Jakarta gitu lah ^^ Abis gitu baru ya ke toko-toko Myeongdong situ hunting skin care inceran hahaa, walaupun kagak nemu yang brand satu itu gara-gara mepet banget waktu flight nya. Ati-ati ya Seoul ke Incheon itu 1 jam lebih. Trussssss jangan lupa beli Mandu kalau di Myeongdong hehehehe, enakkkkkk! Kemarin bawa pulang 2 porsi hand carry ^^ Myeongdong Kyoja Main Branch enak enak hehehe seporsi KRW 11.000
                Dah cus deh ke Jakarta

Overall ke Korsel seneng lah, tapi next time ogah ya kalau summer. Cuaca subtropis itu kalau summer gak gitu menyenangkan! Korea juga banyak hujan, bahkan kemarin sempat banjir kan daerah Gangnam situ. Kalau panas banget ya gak sepanas Jkt sih, mereka kalau pas ada angin tu anginnya adem. Cuma emang best view pasti Spring atau Autumn :) Ke Hallasan juga mendingan 2 musim itu biar ga terlalu panas dan lembab.

Insight ya yang saya dapet dari travelling ini, bersyukur banget deh ama Tuhan ^^ Ada aja gitu ya kejadian yang bikin saya putus asa (kesiangan di Suwon) malah ternyata on time. Ada juga ketemu 3 orang baik hati padahal dasarnya orang Korea itu cuek dan ga helpful. Yang pernah ke Jepang pasti berasa banget lah. Orang Jepang itu ga tua ga anak-anak baikkkkkk banget, ditanyain jalan gitu bisa loh kita dianter sampai tujuan XD sampai ga enak sendiri kitanya. Orang Korea? Boro-boro.... XD Dan last but not least....kemaren itu sempat kan mikir ah coba punya anak ya, bisa travelling berdua deh ama anak. Saya pikir pikir lagi...iya kalau anaknya sifatnya kayak saya, lha kalau mirip bapaknya? Apa gak tak gendong kemana-mana ituuuu hahahahahah. Jadi ya....apapun yang dikasih Tuhan ke kita, syukuri aja deh, jadi lebih enteng jalaninnya, dan ketemu hal-hal 'lucu' seperti saya ^^. Sekiannnnnn hehehehe, yang mau tanya-tanya itinerary lebih lanjut monggo yaaa. Yang penasaran ama foto-foto kayak apa sih summer in South Korea bisa cek di South Korea



κ°μ‚¬ν•©λ‹ˆλ‹€  πŸ™(ngerti latinnya doang sih ahahahahahha, bacanya meneketehe yaaaa, ih gini survived loh XD)


DPS pamit

Jumat, 15 April 2022

Parents : We Wanna Grow Old With You & Our Beloved Children

 Halo halo apa kabar semua? πŸ˜€ (ihiyyy baru tau loh sekarang blogger ada emoji haha)

 

    Ketara banget udah lama ga nulis ya. Oiya selamat memperingati sengsara Yesus buat teman-teman yang merayakan ya. Jadi, tulisan ini semestinya sih udah lama banget mestinya mau saya tulis. Tujuan awalnya sih mau separo curhat gimana pergumulan saya membina relasi yang baik dengan Mama saya. Hah? Emang relasi kamu kenapa Dev? Yuks, lanjutin baca sharingnya πŸ˜‰

    Relasi saya ama Papa Mama menurut saya baik-baik saja. Cuma, sepertinya setelah menikah, saya tidak 'sedekat' dulu jaman waktu masih single apalagi masih sekolah, hidup nebeng ya dengan Papa Mama. Masih ingat banget, jaman saya sekolah mah saya selalu cerita ke Papa Mama ngapain aja, ada masalah apa, teman saya siapa aja. Bahkan saking senengnya saya cerita ke Papa Mama, mereka sampai hapal oh, si A ini pinter di sini, anaknya kayak gini. Si B aslinya dari kota ini, sifatnya begini begini πŸ˜† Segitu dekatnya saya ama Papa Mama. Setelah menikah, ya kan berbagi ya kalau mudik, setahun mudik ke rumah mertua, setahun kemudian mudik ke rumah Papa Mama. Berkurang frekuensi ketemu kami. Puncaknya adalah pas pandemi itu. Papa Mama kan gaptek, jadi ga bisa lah zoom. Padahal Hadi udah ngasih contoh, membina relasi dengan orang tua ga cuma ketemu aja koq, bisa telpon seminggu sekali. Tapi, dasar saya bandel ya, ga bergeming. Ya telpon atau WA pas kalo butuh, nanya resep lah, nanya cara merawat anggrek lah. Tapi kan ya ga sering-sering banget ya.

    Awal pandemi itu, berarti dari April - Desember 2020 kondisi Mama masih sehat banget, ga tampak gejala 'aneh' Mungkin juga kan awal tahun 2020 sempat jalan-jalan bareng saya & Hadi bareng Mami mertua juga, seneng ya, bisa ngobrol-ngobrol, refreshing. Terus Desember 2020 itu kan saatnya saya mudik ke Malang, kebetulan pas itu kondisi ekonomi lagi ga baik ya, lagi slow down kantor, jadi cuti panjang pun memungkinkan. Dan tumben-tumben kami semua bisa kumpul (Koko, Cici, & saya sekeluarga) Cuma, mendadak sekitar bulan Februari 2021 gitu lah, Mama itu terserang anxiety. Mama itu emang sifatnya pemikir kelas berat ya. Contoh gampangnya aja nih, misal besok mau pergi ke Surabaya (cuma 1,5 jam dari Malang) itu Mama bisa gelisah mikir bawa apa aja ya, jangan sampai ada yang ketinggalan. Kalau udah gelisah, Mama itu sering banget kena psikosomatis (diare biasanya)

    Awalnya itu cuma keluhan susah tidur. Tapi karena diiringi anxiety itu, semakin sulit tidur kan. Kebayang kan, tidur itu kan butuh hati & pikiran yang damai. Coba kalau kita lagi gelisah, kepikiran sesuatu, mau tidur, ga bisa kan? Apalagi awalnya udah susah tidur, semakin cemas, ya semakin ga bisa tidur. Anxiety itu diperparah ama postingan mengenai Covid-19. Kalau ada pandemi, kudu jaga kesehatan, jaga kesehatan dengan makan bergizi, jaga protokol kesehatan, dan tidur yang cukup. Lah kalau tidur ga cukup? Ga sehat dong? Waduh bisa kena Covid-19 dong? Waduh kan ada komorbid? Bisa parah dong? Dan ujung-ujungnya mati dong? Semakin hari banyak penderita & korban yang meninggal Covid-19, ini yang bikin Mama semakin stress & anxiety.

    Bulan April 2021 itu Mama udah benar-benar jadi Mama yang berbeda sekali dengan Mama yang kami jumpai di Desember 2020 Mama sering histeris menangis-nangis, membentak-bentak Papa, Koko, Cici, dan saya juga bila keinginannya tidak dipenuhi. Apapun yang kami lakukan semuanya salah di matanya. Sedih banget sih, karena keadaan yang begitu drastis cuma beda 4 bulan. Pernah malah Mama mengancam untuk bunuh diri karena sudah tidak kuat memikirkan tidak bisa tidur.

    Saya berusaha mengevaluasi Mama ya, apa Mama udah mulai gejala Dementia? Karena memang di akhir tahun 2019 itu Mama udah mulai malas bergaul ama teman-temannya. Katanya ga mau disakiti lagi ama teman-temannya, mau berteman ama anak-anaknya aja yang ga pernah menyakiti dia. Karena ga punya teman itu, aktivitas Mama pun berkurang (ditambah lagi 2020 pun Covid kan) mau pergi tamasya juga ga berani, ke pasar aja Mama ga berani. Ga punya teman yang biasanya Mama suka berbagi hasil baking & cooking nya, otomatis aktifitas Mama paling cuma bangun, jalan kaki sebentar, olah raga ringan, mandi, lihat WA Group, tidur siang, makan, tidur malam. Udah gitu aja πŸ˜…ya maklum doi rada gaptek soal Zoom, jadi ya ga bisa ikut doa lingkungan, atau pengajaran yang membutuhkan respon timbal balik ya. Saya jadi mulai rajin ikut seminar dan postingan Alzheimer Indonesia, bagaimana gejala Dementia. Rajin tanya teman yang kebetulan Mamanya Dementia. Berat sih semestinya mengakui kalau kemungkinan Mama saya terkena gejala Dementia.

    Kekuatiran saya itu pun saya rundingan dengan kakak-kakak saya. Akhirnya Koko yang waktu itu mudik, mengantar Mama cek ke dokter syaraf dan dokter penyakit dalam. Soalnya pas waktu itu ngeluh jalan aja susah, lemas. Pas dibawa ke dokter tulang, dokternya udah ngeri aja Mama kena parkinson. Cuma akhirnya Papa saya cerita, Mama minum obat penenang, biar bisa tidur. Ternyata obat penenang itu yang bikin otot lemas (efek sampingnya) apalagi Mama minum setiap hari πŸ˜… Ya emang waktu itu fisik dan jiwa Mama bener-bener ada di titik terendah ya kalau saya bilang, udah kayak jompo banget, kayak udah umur 90an gitu, jalan kudu digandeng, kalau ga bisa oleng. Jalan pun pelan banget, ditambah sering nangis-nangis, histeris. Beda banget pokoknya waktu terakhir kami lihat di Desember 2020

    Pas ke dokter syaraf dicek (walaupun belum MRI ya) cuma dokter syaraf sih bilang normal & sehat. Malah dirujuk ke psikiater. Ke psikiater cuma dikasih obat penenang & disuruh konseling ke Psikolog. Cuma sekali konseling, Mama malah merasa anxiety dan 'ngambek' katanya bikin stress, dipaksa cerita. Akhirnya saya memutuskan untuk saya aja yang konseling ke Psikoloh hahaha, maksudnya bagaimana saya bisa membantu Mama sebagai anak gitu loh. Psikolog bilang Mama itu sepertinya kesepian dan ada stress yang dipendam, sering-sering aja diajak ngobrol.

    Saya pun disarankan ikut kelas nya Keluarga Kreatif yang dibentuk oleh Dr Julianto Simanjuntak (ini pendekatannya lebih ke Kristen ya teman-teman, jadi kalau teman-teman yang Muslim bisa tau duluan juga) Waktu itu kalau ga salah saya ikut sesi Psikopatologi Dewasa. Dapat banyak banget dari Dr Julianto. Tapi, yang paling mengena adalah.....(saya bold & warna lain ya) Sakit jiwa itu dimulai bertahap tapi pasti. Bila tidak diobati, akan semakin parah kelasnya dan semakin susah kembali ke 'normal' Obatnya sakit jiwa kalau ringan : CINTA

    😁Jadi, orang ga akan mendadak schizophrenia. Ga akan mendadak depresi. Bertahap ya teman-teman. Dari stress kecil biasa, tidak diobati, tidak mendapat cinta, naik ke anxiety, naik lagi bisa ke depresi & percobaan bunuh diri, ada yang naik ke halusinasi ntar ujung-ujungnya ke schizophrenia. Dan siapa yang bisa mengenali gejala-gejala itu kalau bukan kita sebagai keluarganya? 😊 Jadi, ngobrol itu bukan cuma :

1. Udah makan? 

2. Udah ngerjain PR?

3. Udah diminum obatnya?

4. Nilai Matematika kamu berapa?

5. Lho ga lulus? Ga belajar?

nangkep ya hehehe karena dari obrolan itu kita ga bisa kenali emosi seseorang, kecuali orangnya super sensi, terus nyolot dan marah hahahaha. Dan parahnya nih, orang introvert itu kan berusaha mengerti dan memahami orang lain, dia juga punya kecenderungan menganggap semestinya orang lain pun bisa ngertiin aku dong. Ga cerita kalau lagi stress, sedih apalagi introvert yang Alpha (hahahaha kesebut lagi tuh πŸ˜‚) malu ya ngasi info lagi stress dan gak berdaya.

    Saya sedih banget tau pas lihat video teman-teman yang orang tuanya menderita Alzheimer. Ditambah lagi tiap malam ditelpon Mama nangis-nangis mau mati katanya. I'm not ok waktu itu. Berat yang saya rasakan. Pagi kerja, kadang Mama kalau kambuh histeris, bisa telpon saya juga, saya tenangkan Mama, pinggirkan kerjaan saya, malam pun saya telpon Mama. Sedih banget, pas doa tu, ya Tuhan masa iya Mama bakal kayak yang diceritain di Dementia itu ya? Apa yang harus saya lakukan? Saya selalu minta kekuatan Tuhan, dan Tuhan selalu ada di samping saya, that's why i am here right now, sharing with you hehehe. Jujur pekerjaan & pelayanan agak terbengkalai di 2021 itu. Mohon maaf ya Tuhan & teman-teman.

    Mama itu dari kecil dibesarkan secara Konghucu (tolong ya teman-teman yang Konghucu, saya bukan mau mendiskreditkan agama di sini, plis nanti di akhir sharing saya, pasti teman menangkap maksud lain) ya mungkin pengajarannya yang diterima pun ga bener. Jadi, ya berdoa ke Tuhan buat minta-minta, biar Tuhan kasih rejeki, kesehatan, anak sehat dan berbagai permintaan duniawi lain (ini Mama yaaaa, bukan penganut Konghucu yang bener lainnya πŸ™) Dah gitu, di umur sekitar 40an pun rada akrab ama yang namanya dunia perdukunan πŸ˜… ke dukun buat minta dijauhkan dari ini ono. Untungnya belum ke pesugihan dan santet hahaha. Akhirnya pas sakit parah, mimpi dikunjungi Tuhan Yesus. Mama pun ikut katekumen pas itu. Ya tau lah, katekumen walaupun ngajarnya bener kalau muridnya dasarnya sableng kayak Mama (ini minta dijitak Mama kalau ketauan hahahah, Mama sendiri dibilang sableng) ya pengertiannya pun kurang ya kan? Ya pokoknya walaupun udah Katolik pun ga mengubah keimanan Mama saya. Tetap kalau berdoa minta-minta doang soal duniawi, ya mungkin kadang minta kesabaran ya, tetap percaya takhayul, tetap mengutamakan tradisi di atas iman (macem, Imlek koq ke gereja? eh ini saatnya kumpul keluarga tau, Tuhan juga ngerti)

    Lantas, ini nih peryataan umum orang-orang kalau ada orang yang 'sakit jiwa' : 'gak beriman sih!' πŸ˜… beriman ya sodara-sodara sebangsa dan setanah air hahaha, cuma belum bertumbuh sesuai tuntutan umurnya aja 😁 -> ini jawaban bijak saya setelah ikut Kursus Konseling yaa hahaha (puji Tuhan) Jadi, fisik kita itu bisa aja udah dewasa, tapi bisa aja jiwa kita kenak-kanakan, apalagi iman kita ya (spiritualitas kita, gimana kita memandang Tuhan) uda pasti tiarap kalau jiwa kita kekanak-kanakan πŸ˜‚ 

    Kenapa sih Dev nyeritain Mama stress nyangkut-nyangkut iman??? Ya Lord, berhubungan dong. Gini nih, iman yang bener itu, membantu banget kita menghadapi tantangan yang ga bisa kita temukan alasannya secara logis, contoh?

1. Udah OR tiap hari, makan sehat tiap hari, tidur cukup, doa tiap hari, pelayanan tiap hari, mendadak kanker stadium 3? -> yang bisa bikin kita waras apa coba? Cuma iman.

2. Udah jadi orang baik, suka nolong orang, suka ngasih bantuan ke panti asuhan, udah kerja keras, udah hemat, doa tiap hari, koq tetap miskin? ->yang bisa bikin waras dan tetap berbagi apa? Ya iman!

Ya kayak gitu lah 😁  semakin kita dewasa apalagi lansia pasti banyak tantangan yang kita alami. Penderitaan, apalagi kematian itu so frightening loh teman kalau kita ga punya pertumbuhan iman yang baik. Apalagi kemaren pandemi Covid-19 itu kan tantangan besar buat kita yang makhluk sosial ini.

    Jadi, yaudah deh, saya walaupun waktu itu sedih. Udah deh mikir positif aja ya, misalpun ini Mama umurnya udah ga lama lagi, saya lakukan yang terbaik buat Mama dan buat saya sendiri. Kenapa koq bisa buat saya sendiri? Saya ga mau menyesal di kemudian hari punya hubungan yang ga bagus dengan Mama di masa tua beliau. Jadi, saya telponin tiap sore (pas saya dah mayan senggang) sekedar ngajakin ngobrol, tadi ngapain aja Ma? Makan apa aja? Memancing Mama biar mau cerita. Pas histeris kan fokus ngeluh ga bisa tidur, ditanya makan apa? Jawabnya, koq ga bisa tidur ya nik? Tiap sore pelan-pelan saya ceritain soal keponakan lah, suami saya lah, saya ngapain aja lah, teman-teman saya dan orang gereja pun saya ceritain semua, Romo-Romo lah hahaha. Sama kayak yang saya lakukan sewaktu saya sekolah dulu. Terkadang saya suka selipkan tips bagaimana mengelola emosi yang baik, saya ingatkan gimana nasehat Mama dulu ke saya agar sabar 'apa yang tidak bisa dihindari, terimalah dengan ikhlas' Saat pandemi udah berlalu gini, saya yakinkan lagi, ayo Ma nanti kita jalan-jalan lagi ya, mau ke mana? Mau belanja apa? Gitu lah yang sederhana.

    Tak lupa pula, kapanan pas stress akut, kalau minta doa bareng pas malam, saya doakan minta karunia Roh Kudus buat Mama, agar punya hati yang penuh suka cita & bijaksana. Sekarang udah ga pernah telpon malam pun selalu saya mintakan Roh Kudus buat Papa & Mama, biar Papa & Mama enak lah masa tua nya, bersandar ama Tuhan itu enak koq, damai, ga pakai mikir, ga pakai kuatir, mengalir aja.

    Puji Tuhan ya teman-teman, Mama saya perlahan-lahan membaik. Secara fisik jelas membaik drastis karena sudah tidak tergantung ama obat penenang dan obat tidur. Ya sekarang sih minumnya melantonin ama Aswagandha, Magnesium. Secara kejiwaan pun membaik jauhhhhh (walaupun belum balik seperti sedia kala) Kadang masih suka panic attack, cuma udah ga histeris apalagi nangis-nangis. Udah bisa diajak berpikir logis, puji Tuhan ya 😁 

    Oiya, kemarin pas kelas konseling itu, dikasih tau Lansia itu emang harus sering diajak ngobrol, biar otaknya aktif mengingat, setiap hari ya catet ya ini 😁yang masih punya orang tua.

    Akhir kata sih, what a wonderful thing that God has done to us. Saya sih percaya, kalau gak ada pandemi, gak ada tuh bonus hubungan saya jadi lebih dekat ama Mama. Gak ada tuh bonus saya belajar konseling dan jadi mengenal bagaimana pergumulan orang di luar sana 😁 dan sampai saat ini pun saya bisa berucap : makasih Tuhan atas karunia pandemi Covid-19 ini kepada kami semua, yes saya bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih sehat (peduli kesehatan maksudnya)

    Okeh segitu aja teman-teman sharing saya ya. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang mungkin ada keluarga atau sahabatnya yang lagi ada 'gangguan jiwa' ingat ya tips yang saya bold dan kasih warna biru tadi. Jangan lupa juga : Percaya kekuatan doa, doa pasti mengubah kita. Ketika kita berubah, niscaya perlahan-lahan orang lain di sekitar kita pun berubah 😘


Have a splendid night!

DPS pamit