Selasa, 21 Januari 2014

Itulah Indonesia (Termasuk Saya) - Surat Untuk Ibu Negara, Bapak Walikota Jakarta, & Pejabat Lainnya

Selamat malam ^^

Ini tulisan saya buat bukan untuk menyudutkan siapapun juga. Tapi, lebih ke ajakan, mari kita berkaca dan sedikit berempati ketika menudingkan tangan kita ke orang lain. Ya, tulisan ini juga semestinya buat saya juga koq (sebelum dicolek, digaplok orang-orang & dikasih pinjaman kaca nako, hahahahaha ^^V)

Itulah Indonesia, apa sih yang saya soroti di sini? Korupsi? Tentu saja tidak ^^ saya bukan pengamat politik yang baik, terus terang saya malas liat dagelan orang-orang politik, malas membedakan mana yang tulus mana yang tidak. Mau bahas korupsi, juga saya tidak punya data yang akurat, ya kan? Daripada dibilang fitnah, mendingan ngomongin yang lain deh.

Kemarin sempat mengikuti serunya tudingan orang-orang terhadap Ibu Negara kita, Ibu Ani Yudhoyono, mengenai instagramnya. Saya sempat ngomong ke suami, 'Bu Ani tu, kenapa koq ga tutup mata tutup kuping aja sih liat komentar orang-orang? Agnes Monika aja banyak yang mencaci maki, dianya cuek aja. Malah jadi capek ati ngeladeni orang-orang' Sebelum santer kasus instagram Ibu Negara, pernah tertegun melihat gambaran 4 kondisi suami istri dan keledainya kan? Ya, melalui gambar itu, semua orang selalu punya pendapat yang unik atas setiap pilihan hidup kita. Ga usah jauh-jauh, saya yang karyawan biasa, pasti ada aja koq yang ngomong, 'Devi nih ga empati bener ya? Orang ada banjir ama bencana Sinabung, koq ya sempet-sempetnya upload makanan?!' Ya mungkin 'follower' saya tidak sekritis itu kepo terhadap daily activity saya ngapain aja, apa saya pernah berdoa bagi para pengungsi Sinabung, atau kepo terhadap rekening saya pernah transfer ga ke Peduli Sinabung? Kalau seorang Ibu Negara? Wow....banyak loh yang kepo dan iri dengan posisi Ibu Ani. Udah Bu Ani, tidak usah lah pusing dengan tanggapan orang-orang. Yang penting kan Ibu sudah melakukan kewajiban Ibu sebagai Ibu Negara, Ketua Dharma Wanita Indonesia, titik. Buat yang ikutan komen sinis mengenai empati ke korban bencana (ingat ya, saya bukan menyudutkan, cuma mengingatkan) pernah menyempatkan waktu berdoa untuk para korban? Pernah ikut daftar buat relawan Posko Banjir tanpa menuliskan "bantuan dari Devi Pawoko"? Kalau belum, yuk mari....kita juga belum berempati ke mereka kan? Ga usah nunjuk-nunjuk Ibu Ani pakai 1 telunjuk, ternyata 4 jari mengarah ke kita sendiri, malunya... =p Terus pada bilang, udah...wek...wek...wek...saya udah berdoa buat korban Sinabung, datang ke lokasi banjir, menyumbang uang banyak buat korban banjir juga. Oh, baik sekali perbuatan Anda ^^ sayangnya koq kepo ^^V

Case closed untuk "keluarkan balok di mata kita, sebelum mengeluarkan selumbar dari mata orang lain" dan "kepoisme WNI". Kasus kedua, "rumput tetangga lebih hijau, koq enak dia hijau, kita kagak?!" ^^ Ini mengenai rumor (masih rumor ya) mengenai pembukaan (atau penjebolan paksa) pintu air oleh oknum. Teman oknum bilang, masa iya kita doang yang banjir, tetangga sebelah koq nggak? Ya banjir sama-sama dong. Disambut kata 'huuuuuuuuu.......' oleh tetangga yang kebanjiran (ya mungkin ga sekenceng itu sih bilangnya, ngeri aja malah tambah parah ntar) Eh, tunggu, sebelum tuding-tuding orang lain 'berdosa' menjebol tanggul, saya tanya deh. Masih nerobos jalur transjakarta, ketika jengkel melihat transjakarta was wis wus lancar sementara kita parkir gratis di jalan? Saya bantu teriakin ya... 'huuuuuuu.......' ^^V Eh....sama aja to? Apanya yang ga sama antara penjebol tanggul ama penerobos jalur transjakarta? Sama-sama melanggar hukum, sama-sama dasarnya 'rumput tetangga selalu lebih hijau' Terus ada yang jawab, sori dori mori deh! Nerobos jalur transjakarta bukan saya banget deh! Kagak pernah! Oo....oke, mari kita bawa yang ngomong gitu ke situasi, semua orang banjir, tinggal Istana Negara yang ga banjir, komennya apa? Ntar juga, Presiden tidak punya empati!!!! *tepok jidat & tutup mata* ^^ See? Kalau kita mencoba menempatkan diri kita ke yang tertindas, sama koq komen kita. Jadi, udah ga usah memperkeruh suasana yang emang sudah keruh ini dengan komen-komen ga penting. Biarin yang ketangkep masuk jalur transjakarta didenda, biarin juga yang ketangkep jebolin tanggul diproses. Tugas kita apa? Kembali ke? Kerjaan ^^ betul sekali, urusi kerjaan kita sendiri, ga usah kepo urusan orang lain *eh koq balik ke kasus pertama ya? hahahahahaha*

Kasus ketiga "minim rasa syukur & berterima kasih" Terlepas dari prestasi atau pun 'wan prestasi' yang dilakukan tiap Kepala Negara & Kepala Daerah, kita selalu? Selalu punya cibiran, celotehan, kambing hitam untuk dipersalahkan ^^ Hayo jujur..... Jadi, saya cuma mau bilang ke Presiden terpilih nanti, udah kaya Gus Dur aja, asal bersih, kerja maksimal, tutup mata tutup kuping deh, gitu aja koq repot? Ya kan? Kebanyakan dengerin celotehan orang jadi sebel-sebel sendiri. Kenapa? Ya karena emang kita ini susah bilang terima kasih. Entah kenapa bisa aja nemuin cacat cela orang lain, termasuk saya loh ^^ ini juga mengingatkan saya, hahahahaha. Jaman Pak Harto, siapa sih yang ga merasa hidupnya aman? Pernah loh Malaysia sampai datang belajar ke Indonesia. Jasa siapa? Cuma cibiran & cacian yang kita alamatkan, yang korupsi lah, yang kelewat otoriter lah. Jaman Gus Dur? Yaelah...Bapak sebaik itu, masih juga ada yang caci maki koq, Presiden koq ga punya penampilan Presiden? Ngomong koq asal njeplak? Kebanyakan yang bisikin sih.... SBY, prestasinya? Bikin KPK, menjalankan negara dengan selamat selama hampir 10 tahun, apa bilangnya? Militer koq cengeng? Lha....dikerasin jamannya Pak Harto protes? Presiden koq curhat! Presiden koq gak tegas blas! Lho ntar ditegasin juga ngomel. Coba ditengok yang skalanya lebih rendah, Walikota Jakarta, Bang Foke. Sombong! Arogan! Lha coba itu transjakarta maju juga koq karena ada Pak Fauzi Bowo. Jokowi? Pencitraan! Janji doang! Gak becus nangani banjir! Well...ya, benar siapapun pemimpinnya, kita? TIDAK PERNAH PUAS. Bapak & Ibu yang nantinya memimpin Indonesia, udahlah....jujur & bekerja maksimal, udah tutup mata, tutup telinga. Daripada panas hati, cepet mati. Ga usah orang lain, wong kita aja ga pernah bersyukur & berterima kasih atas pencapaian diri sendiri koq, Pak & Bu. Buktinya apa? Lha slogannya 'rumput tetangga selalu lebih hijau'

How to build a citizen while the people do not want to be built? ^^ Bagaimana caranya membangun bangsa yang besar kalau kitanya tidak mau dibangun?

Yuk, sekali lagi, sama-sama, belajar jadi orang yang baik dulu, sebelum jadi warga negara yang baik. Bagaimana caranya?
1. Belajar mengaca, sebelum menuding orang lain
2. Menyelesaikan pekerjaan sekarang atau target besok bahkan lusa, sebelum kepo orang lain hartanya berapa
3. Bersyukur atas rejeki & segala tantangan hari ini, rejeki tetangga urusan Tuhan & tetangga kita.
4. Berterima kasih atas jerih payah orang lain yang telah mereka lakukan untuk kita

Dah 4 dulu, daripada kebanyakan, malah lupa....hihihihihihi... Semoga dengan bisa menerapkan 4 hal itu, kita bisa jadi orang yang lebih baik, nantinya juga jadi warga negara yang baik, yang nantinya juga akan menumbuhkan politisi & negara yang besar pula ^^ Ada amin teman-teman? Amin!

Selamat malam & selamat menjadi orang baik.

Tuhan memberkati



DPS pamit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar